Percaya atau Tidak, Jepang Ternyata Masih Bergantung pada Disket

Teknologi | Minggu, 25 Desember 2022 - 01:00 WIB

Percaya atau Tidak, Jepang Ternyata Masih Bergantung pada Disket
Floppy disk atau disket, teknologi usang yang ternyata masih digunakan di Jepang. (MUYCOMPUTER)

TOKYO (RIAUPOS.CO) – Sejauh ini Jepang dikenal sebagai negara dengan gagasan teknologinya yang paling maju di seluruh dunia. Otomotif, manufaktur, robotik dan industri elektronik mayoritas didominasi oleh perusahaan di Negeri Sakura.

Dengan imej sebagai negara yang maju dam canggih, siapa menyangka kalau sampai dengan saat ini, Jepang masih bergantung pada teknologi komputer lawas bernama floppy disk alias disket. Sulit dipercaya, tapi hal itu nyata.


Hal ini dibuktikan dengan baru-baru ini Menteri Digital Jepang Taro Kono, secara terbuka menyatakan “perang” dengan floppy disk. Menurutnya, pemerintah Jepang memiliki terlalu banyak bisnis yang mengharuskan orang untuk masih mengirimkan formulir dan aplikasi melalui perangkat lama seperti floppy disk, CD, dll.

“Ada sebanyak 1900! Sekarang, mereka mengubah peraturan, menghentikan floppy disk, dan membiarkan semua orang mengirim secara online. Di tahun 2022 (hampir 2023), floppy disk telah lama menjadi air mata. Negara maju yang bermartabat, yang dikenal dengan label seperti industri elektronik, robotika, dan bahkan budaya dunia maya, masih menggunakan benda ini?” kata Taro Kono di Twitter pribadinya.

Seperti sudah disinggung di atas, floppy disk masih hidup di Jepang. Hal ini bukan bualan. Ini nyata. Di pemerintahan Jepang, mitra bisnis masih membutuhkan transfer data menggunakan media penyimpanan model lama seperti floppy disk dan CD.

Baru-baru ini, telah terjadi beberapa insiden kehilangan floppy disk di Jepang, yang membuktikan bahwa hal tersebut benar adanya. Misalnya, pada 27 Desember tahun lalu, Kepolisian Metropolitan Jepang mengaku kehilangan data pribadi 38 warganya.

Warga ini melamar perumahan umum di Tokyo’s Meguro Ward, dan pemerintah perlu mengkonfirmasi dengan polisi apakah pelamar tersebut berafiliasi dengan kelompok kriminal. Selama survei, mereka mentransfer data pelamar melalui floppy disk. Tanpa diduga, floppy disk tersebut hilang secara tidak sengaja, dan informasi pribadi pemohon juga ikut hilang.

Begitu kejadian itu keluar, netizen di seluruh dunia tercengang, bahkan ada yang menduga itu adalah berita palsu. Tentu saja, beberapa netizen Jepang juga mengungkapkan keterkejutannya. Mereka tidak menyangka instansi pemerintah negaranya masih menggunakan barang antik semacam ini.

Selain pemerintah, floppy disk juga banyak digunakan oleh sistem perbankan. Laporan berita Nikkei tahun lalu menunjukkan bahwa Bank Yamagata sendiri memiliki lebih dari 1.000 pelanggan yang masih menggunakan floppy disk untuk mentransfer data gaji bulanan karyawan.

Tentu saja, sebagian besar pelanggan ini adalah pemerintah dan usaha kecil dan menengah, terutama pemerintah. Beberapa hari yang lalu, sebuah organisasi di Jepang melakukan survei kecil terhadap 300 orang berusia 15 hingga 29 tahun dan dari survei ditemukan kalau hampir 20 persen anak muda di Jepang juga masih menggunakan floppy disk.

Bicara sejarah, floppy disk lahir pada tahun 1971. Saat itu masih full 32 inci. Namun demi kenyamanan, ukurannya akhirnya dikurangi menjadi 8 inci oleh IBM. Perusahaan Jepang yang terkenal, Sony kemudian benar-benar memajukannya. Pada tahun 1981, Sony meluncurkan disk klasik 3,5 inci untuk pertama kalinya, dan digunakan secara luas dalam produksi. Pada tahun 1984, MAC Apple yang terkenal juga hadir memiliki floppy disk drive 3,5 inci.

Pada tahun 1990-an, floppy disk sangat populer, dan pada tahun 1996 ada lima miliar floppy disk yang digunakan. Namun tak lama kemudian, floppy disk yang mudah rusak dengan memori hanya 1,44 MB itu segera digantikan oleh produk yang lebih besar dan lebih andal (seperti USB flash drive, dll).

Namun, pada tahun 2011 lalu, Sony akhirnya berhenti membuat floppy disk. Kini, sebelas tahun kemudian, masyarakat Jepang masih sangat bergantung pada floppy disk, mungkin para eksekutif Sony tidak menyangka. Floppy disk memiliki memori yang kecil dan efisiensi yang rendah, jadi mengapa tidak ditinggalkan?

Alasannya, menurut beberapa netizen lokal, karena floppy disk lebih aman. Ruang penyimpanannya sangat kecil, dan sebagian besar virus berukuran lebih besar dari pada yang dapat ditampung oleh disk itu sendiri.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook