TRAVEL KLAIM AMAN, PEMERINTAH BELUM LARANG

150 Turis Cina Mendarat di Sumbar

Sumatera | Senin, 27 Januari 2020 - 09:00 WIB

150 Turis Cina Mendarat di Sumbar
ILUSTRASI (INTERNET)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Kekhawatiran mengenai penyebaran 2019 novel conoravirus (2019-nCoV) dirasakan banyak pihak. Adanya penyambutan 150 wisatawan dari Kumning, Cina di Sumatera Barat mendapat berbagai reaksi di media sosial. Di sisi lain pemerintah belum mengambil sikap mengenai pelarangan warga negara Cina datang ke Tanah Air.

Kemarin (26/1) penyambutan 150 wisatawan asal Kumning dilakukan oleh pemerintah daerah Sumatera Barat. Penyambutan ini dilakukan lantaran rombongan tersebut merupakan penerbangan carter pertama dari Kumning. PT Marawa Coporate bersama Cocos Tour yang mendatangkan 150 wisatawan tersebut  menjamin para turis tidak terjangkit Virus Corona.


Para turis mendarat di Bandara Internasional Minangkabau pada Ahad (26/1) pagi sekitar pukul 05.45 WIB. Pimpinan PT Marawa Corporate Darmawi dalam jumpa pers di Padang, mengatakan seluruh WNA China ini berangkat dari Bandara Kunming di Provinsi Yunan melalui penerbangan langsung dalam waktu empat jam perjalanan.

Menurut dia, lokasi tersebut sangat jauh dari daerah Wuhan yang berjarak sekitar 19 jam perjalanan. Para turis berangkat ke Sumbar setelah melalui pemeriksaan di Bandara Kunmin. Dia menerangkan hingga saat ini Bandara Kunmin masih membuka penerbangan luar negeri dan artinya lokasi itu tidak terpapar Virus Corona. Selain itu pihak otoritas bandara di sana melakukan pemeriksaan kesehatan dengan alat pemindai suhu dan pemeriksaan.

Setelah mereka lolos tes kesehatan baru diperbolehkan masuk ke dalam pesawat dan mereka akan melalui empat perjalanan dengan penerbangan langsung dari Kunmin ke BIM di Kabupaten Padangpariaman. Darmawi melanjutkan, sesampai di BIM, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemprov Sumbar, Otoritas bandara, Angkasa Pura II, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan lainnya untuk kembali melakukan pemeriksaan terhadap warga negara asing tersebut.

Mereka akan kembali menjalani serangkaian pemeriksaan di BIM, mulai dari alat pemindai suhu dan lainnya. Setelah mereka lolos baru diperbolehkan ke pihak Imigrasi. "Artinya mereka telah melewati dua kali pemeriksaan baik di Cina maupun di Sumbar. Selain itu kami sudah koordinasi dengan agen tur di sana jika ada yang mengalami sakit tidak usah ikut dalam tur ini," katanya.

Setelah itu Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) akan memberikan mereka kartu prioritas apabila terkena penyakit dan harus dirujuk ke rumah sakit yang telah ditentukan. "Kartu itu akan mereka kantongi selama di sini. Selain itu untuk memastikan keamanan, lokasi yang akan dikunjungi turis tersebut akan dilengkapi dengan tenaga kesehatan," kata dia.

Sementara perwakilan Cocos Tour Erwin Xandra menambahkan 150 turis dari Cina tersebut akan berada di Sumbar hingga 31 Januari dan mereka akan mengunjungi sejumlah destinasi wisata di Sumbar. “Kami berharap potensi wisata yang dimiliki Sumbar dapat memberikan dampak perekonomian positif kepada masyarakat dan daerah,” kata dia.

Erwin Xandra mengatakan, sebelumnya jumlah wisatawan yang akan ke Sumbar sebanyak 170 wisatawan. Namun karena ada di antara wisatawan berprofesi sebagai tenaga medis dan dokter, maka otoritas Pemerintah Tiongkok tidak mengizinkan mereka kepergian. "Jadi jumlah wisatawan yang tiba di BIM ini ada sekitar 150 wisatawan. Mereka sebenarnya datang jam 05.45 pagi, karena delay jadi tiba di BIM pukul 06.30 WIB," jelasnya

Di sisi lain, menurut data yang dimiliki Kemenkes, ada 27 penerbangan langsung dari Cina yang menuju Indonesia. Ada juga tiga penerbangan transit dari Cina. Sabtu lalu (25/1) tujuh orang dari Changsha, Hunan, mengalami demam. Begitu sampai Bandara Samratulangi, Sulawesi Utara, semuanya diperiksa di atas pesawat.

Kementerian Perhubungan sebelumnya sudah mengimbau maskapai Indonesia untuk tidak menerbangi Wuhan. Hal itu sesuai dengan NOTAM G0108/20 yang diterbitkan oleh International Notam Office Bejing. Namun, pemerintah belum melarang atau membatasi penerbangan dari wilayah Cina yang lain. Menurut Dirjen Perhubungan Udara Polana B Pramesti hal tersebut menjadi kewenangan Kementerian Kesehatan.

Sementara itu kemarin JPG juga menghubungi Kemenkes. Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Achmad Yurianto menyatakan bahwa hari ini ada rapat mengenai antisipasi penyebaran 2019-nCoV. "Belum ada kajian mendalam," jawabnya ketika ditanya alasan belum ada pembatasan turis Cina ke Indonesia.

Badan kesehatan dunia, WHO, pada 24 Januari lalu telah merilis bahwa ada kemungkinan penularan 2019-nCoV dari manusia ke manusia. Sebagian hal itu terjadi di Kota Wuhan. WHO mengimbau pada wisatawan internasional untuk melakukan antisipasi. Jika dalam perjalanan atau setelahnya mengalami gangguan pernapasan akut maka segera melapor kepada petugas medis. Menjaga kebersihan tangan, makan makanan yang sehat, dan menjaga kesehatan pernapasan diperlukan. Bahkan WHO melarang untuk mengkonsumsi produk hewani terutama dari daerah yang mendeklarasikan terjangkit 2019-nCoV.

WHO juga meminta agar ada skrining siapa pun yang akan keluar dari Cina. Jika ditemukan demam di atas 28 derajat disertai batuk dan gejala infeksi pernapsan harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti wawancara riwayat mereka.(lyn/han/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook