PANGKALAN (RIAUPOS.CO) - Akses jalan nasional Sumbar-Riau ditutup Kamis (28/12) hari ini, mulai pagi hingga sore. Ini dilakukan karena adanya pembersihan material longsor dan perbaikan jalan runtuh di KM 17-35 Jorong Simpang Tiga, Nagari Koto Alam, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
“Hasil koordinasi kami dengan forkopimda dan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Sumbar, mulai besok (hari ini, red), sekitar pukul 08.00 WIB, jalan Sumbar-Riau akan dilaksanakan penutupan sampai pukul 17.00 WIB atau melihat situasi lapangan,” kata Kapolres Limapuluh Kota AKBP Ricardo Condrat Yusuf, Rabu (27/12) malam.
Pengendara disarankan melalui jalur alternatif Sijunjung menuju Kiliran Jao atau sebaliknya. “Untuk keselamatan dan kenyamanan, kami mengimbau para pengguna jalan memilih jalur alternatif baik dari Pekanbaru atau Riau menuju Sumbar maupun sebaliknya. Bisa menggunakan jalur alternatif menggunakan jalur melalui Sijunjung menuju Kiliran Jao atau pun sebaliknya,” imbaunya.
‘’Kami juga imbau masyarakat memanfaatkan rest area atau tempat-tempat yang aman untuk beristirahat karena cuaca di Limapuluh Kota masih hujan,’’ tambahnya.
Jalan Sumbar-Riau ini memang belum aman karena intensitas hujan yang cukup tinggi. Longsor kembali menimbun badan jalan Sumbar-Riau di kawasan Ulu Aie, Nagari Harau, Kecamatan Harau, Limapuluh Kota, Rabu (27/12) sekitar pukul 00.15 WIB. Akses jalan pun ditutup dan baru bisa dilalui pukul 06.00 WIB.
Bahkan, Rabu (27/12), pukul 14.00 WIB jalan Sumbar-Riau di pendakian 17 ini kembali ditutup. “Pada hari ini (kemarin, red) dimulai pukul 14.00 WIB jalan akses Riau-Sumbar kembali ditutup mengingat bahaya potensi terjadinya longsor. Kepada pengguna jalan harus berhati-hati dalam berkendara agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan,’” jelas Kepala Dinas Perhubungan Kampar Refizal, Rabu (27/12) siang.
Namun, akses jalan kembali dibuka malam. Instagram Dinas Perhubungan Kabupaten Kampar memberikan informasi jalan lintas Riau-Sumbar sudah bisa dilewati pada pukul 19.00 WIB dengan sistem buka tutup.
Refizal mengimbau kepada masyarakat khususnya Kabupaten Kampar agar selalu memantau Instagram (IG) dan juga Facebook (FB) Dinas Perhubungan Kampar guna mengetahui perkembangan dan kondisi jalur lintas Riau-Sumbar terkini. “Kepada masyarakat Kampar saya mengimbau agar selalu memantau IG dan FB Dishub Kampar untuk mengetahui perkembangan dan kondisi lalu lintas Riau-Sumbar yang melintasi wilayah Kabupaten Kampar,” ujar Refizal.
Dibuka kembali akses Riau-Sumbar pada malam kemarin juga dibenar Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Limapuluh Kota, Rahmadinol. “Malam ini (kemarin, red) sudah bisa dilewati tetapi antre. Longsor tidak ada tetapi alat berat bekerja untuk memperbaiki jalan yang longsor di pendakian 17,” ujarnya.
Rahmadinol juga menyarankan kepada pengguna jalan agar menggunakan jalur alternatif. Sebab potensi longsor di sepanjang Kecamatan Pangkalan Koto Baru hingga Kecamatan Harau sangat tinggi.
“Intensitas hujan masih tinggi, sangat berpotensi terjadi longsor setiap waktu. Sehingga kita lebih menyarankan pengguna jalan mencari jalur alternatif ke Kiliran Jao dari dan menuju Sumbar atau Riau,” ujarnya.
Sebelumnya terjadi 30 titik longsor menimbun badan jalan Sumbar Riau di kawasan Ulu Aie, Nagari Harau, Kecamatan Harau, Limapuluh Kota. Selain longsor, juga terjadi retakan di badan jalan yang cukup panjang hingga 50 meter.
Hingga kemarin, petugas dari Balai Jalan Nasional menggunakan alat berat masih melanjutkan pembersihan material longsor yang belum sempurna sebab besarnya kubikasi material longsor di puluhan titik tersebut. “Alhamdulillah, hingga malam ini (kemarin, red) belum ada informasi longsor susulan yang terjadi. Namun memang saat ini antrean kendaraan akibat mekanisme buka tutup jalan, akibat pembersihan lanjutan,” ujar Ranmadinol.
Hal yang sama diungkapkan salah seorang pengguna jalan, Reki. Saat dihubungi via pesan WhatsApp, Reki menyebutkan, sejumlah kendaraan antre dekat Bandrek House, Hulu Aie, Harau. “Saat ini, kami masih menunggu untuk bisa jalan lagi sebab sedang pembersihan material longsor,” terang Reki dari Pendakian 17, Rabu (27/12).
Meski kondisi jalan masih berpotensi besar terjadi longsor, namun kendaraan yang didominasi kendaraan angkutan barang, banyak melewati jalur ini. Pola buka tutup jalan, membuat kendaraan terjebak antrean di sepanjang Pendakian 17. Apalagi sejak Rabu (27/12) sore, terjadi hujan dengan intensitas ringan.
Sementara itu, banjir yang terjadi di sejumlah titik di Limapuluh Kota sudah surut, rabu (27/12). Seperti di Nagari Galugua, Kecamatan Kapur IX. “Alhamdulillah, banjir sudah surut. Semoga tidak terjadi lagi. Sebab sudah banyak kerugian terjadi bagi kami masyarakat,” sebut salah seorang warga, Patria.
Begitu juga di Kecamatan Harau, banjir yang sebelumnya kembali menggenangi Nagari Tarantang terlihat sudah mulai surut. Hal yang sama juga terjadi di Nagari Pangkalan, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, banjir sudah surut. Badan jalan Sumbar-Riau di Jorong Sopang yang sempat tergenang, sudah bisa dilewati kembali.
Terkait dengan bencana longsor yang terjadi di ruas Sumbar-Riau pengamat lingkungan dari Universitas Negeri Padang (UNP) Indang Dewata mengatakan kondisi cuaca panas beberapa bulan yang lalu mengakibatkan kondisi tanah berongga dan ketika hujan besar datang mengakibatkan bencana alam seperti longsor.
“Longsor tersebut penyebabnya adalah ketika beban air begitu kuat sehingga tidak tertahan oleh tanah. Biasanya yang menahan beban tersebut adalah jumah tumbuh-tumbuhan, sehingga apabila jumlah tumbuh-tumbuhan semakin sedikit maka beban yang ditanggung oleh tanah akan semakin berat sehingga mengakibatkan longsor,”ucapnya..
Selain itu terkait persoalan jalan yang dalam kondisi terban Indang Dewata juga diakibatkan dari tergerusnya jalan akibat tergerus oleh air dikarenakan kondisi tanah yang berpori.. Persoalan jalan amblas tersebut diakibatkan drainase yang tidak bagus sehingga tanah yang berpori tersebut apabila terkena air mengakibatkan amblas,”ucapnya.
Indang Dewata mengingatkan fenomena ini tentu saja dapat terjadi akibat campur tangan manusia serta rusaknya vegetasi di lingkungan tersebut. Ia mengatakan semua bencana yang terjadi saat ini merupakan bencana lingkungan.
“Yang terlihat hari ini disebabkan dari kelalaian manusia, kelalaian manusia tersebut perlu dihilangkan sehingga tingkat kesadaran masyarakat juga semakin meningkat. Hal tersebut dapat dimulai dengan pemberian pengawasan terhadap penebangan pohon, kemudian pengalian pasir, pendangkalan sungai semua itu perlu ditangani lebih baik,”tuturnya.(kom/yud/fdl/das)
Laporan KAMARUDIN dan RPG, Bangkinang dan Pangkalan