Batik Minang Perlu Support Pemerintah Daerah

Sumatera | Sabtu, 08 Oktober 2022 - 19:25 WIB

Batik Minang Perlu Support Pemerintah Daerah
Ermiwati, pemilik brand Emi Arlin menunjukan kain batik khas Minang dengan motif kanjang padati hasil karyanya. (SUYUDI/PADEK)

PADANG (RIAUPOS.CO) -- Banyaknya ragam batik Minang diharapkan dapat lebih dieksplorasi dan dikembangkan agar menjadi salah satu komoditas ekonomi yang menjanjikan di Sumatera Barat (Sumbar). Pemerhati batik Minang, Herwandi mengatakan, batik asli Minang memiliki potensi yang sangat besar jika dikembangkan dengan maksimal.

Setra-sentra batik Minang yang mulai bermunculan seperti di Dharmasraya, Kota Solok, Pesisir Selatan, Kota Padang tentunya membuka selebar-lebarnya potensi pengembangan batik Minang di Sumbar.


Meski demikian, saat ini tidak banyak perajin batik Minang yang bisa memaksimalkan motif-motif yang ada dalam kebudayaan Minangkabau. Ia menilai banyak juga diantara mereka yang tidak mampu memahami filosofi dari batik Minang itu sendiri.

"Ini yang sering jadi persoalan, seni Minangkabau itu sendiri menghindari penggambaran makhluk hidup secara real dan lebih memilih mewujudkannya dengan secara abstrak. Seperti mereka membuat alang babega namun memang menyerupai seekor elang, sedangkan dalam seni Minangkabau ilustrasi abstrak tentang elang babega lah yang menjadi nilai filosofis dalam kesenian di Minangkabau," ucapnya.

Ia mengungkapkan, seni di Minangkabau tersebut adalah sebuah hal yang abstrak. Dalam karya-karya Minangkabau tidak memperlihatkan rupa objek yang akan dibuatkan menjadi kesenian namun karya tersebut menggambarkan sifat dari objek tersebut.

"Mereka menggambarkan dengan bunga atau dedaunan tapi penggambaran sifat objek hewan yang digambarkan seperti gajah mandongak dan itik pulang petang meski membentuk seperti bunga namun penyifatan dalam filosofi polanya seperti seekor gajah," jelasnya.

Meski demikian, saat ini sudah ada beberapa perajin yang mulai menampakkan hasil karya seni batiknya sesuai dengan filosofi Minangkabau. Ia melihat ada usaha untuk menjadi lebih baik yang ditunjukkan dari para perajin dan ia mengapresiasi hal tersebut.

Selain itu, ia juga menyinggung tentang batik tanah liek yang saat ini banyak yang kurang asli. Banyak perajin saat ini tidak mau membuat batik tanah liek dengan cara yang sebenarnya.

Ia menyebutkan batik tanah liek memerlukan proses pengerjaan yang berbeda dari batik biasanya. Dalam pembuatannya batik tanah liek memerlukan perendaman pada adonan tanah liek asli selama kurang lebih 1 pekan.

Usai didiamkan lalu dikeringkan dan diberi motif. Warna yang dihasilkan dari metode tersebut bisa dibilang lebih alami dan sangat natural.

"Karena dalam kebudayaan Minang memberi warna menggunakan tanah liek adalah hal yang biasa. Namun persoalan sekarang mereka lebih suka menggunakan proses kimiawi tanpa menggunakan cara-cara tradisional. Sehingga batik tersebut sudah tidak autentik lagi," bebernya.

Namun tak bisa dipungkiri, pasar untuk batik Minang tersebut cukup besar. Untuk sekarang pembeli masih mayoritas para perantau Minang yang pulang ke Sumbar dan menjadikan batik tersebut sebagai cenderamata atau dipakai di keseharian.

Ia menyebutkan, masyarakat Minang sangat menyukai karya seni tidak terkecuali batik khas Minang. Untuk itu, potensi yang besar tersebut akan menjadi sia-sia jika tidak dimaksimalkan.

Herwardi mengatakan, ada sebuah harapan baik dari para perajin ataupun masyarakat penikmat batik khas Minang untuk diberikan sebuah wadah oleh pemerintah bagi insan penikmat batik di Sumbar.

"Hari ini kita tidak melihat pagelaran Hari Batik Nasional tapi batik asli Sumbar dipakai oleh para pejabat, bahkan tidak ada kegiatan yang diselenggarakan dalam pelaksanaan Hari Batik Nasional. Berbeda dengan daerah Jawa, di mana mereka sangat mendukung perkembangan batik, karena batik adalah salah satu identitas dari kebudayaan mereka," tuturnya.

Batik Minang sudah memiliki rentang waktu perjalanan yang panjang. Untuk itu ia meminta agar pemerintah daerah melirik dan mengembangkan batik asli Minang demi pelestarian dan pengembangan potensi usaha yang cukup besar ke depannya.

"Kita bisa menggelar pagelaran batik asli Minang dengan berbagai perajin asli dari Sumbar. Jika merasa ragu kita bisa padupadankan dengan tenun dan kesenian tangan lainnya dari Sumbar," ucapnya.

Dengan demikian para perajin batik di Sumbar dapat bernapas dan perhatian khusus dari pemerintah. Sebelumnya para perajin tersebut mayoritas berjalan sendiri dan dengan menggalakkan hal tersebut tentunya akan mengangkat batik asli Minang ke halayak ramai.

"Yang perlu juga diperhatikan adalah daerah-daerah sentra batik di Sumbar serta galeri besar yang menyimpan batik-batik khas Minang. Ide besarnya kita bisa menciptakan desa batik seperti daerah-daerah lainnya, di mana fokus utamanya adalah perajinan batik khas Minang. Hal tersebut juga bisa menjadi lahan objek wisata baru yang memiliki potensi yang besar jika berhasil dijalankan," sarannya.

Sekarang tinggal pemerintah saja yang harus menjemput bola dan jangan sampai usaha setengah hati dalam memajukan batik asli Minang ke depannya.

Sementara itu, pengamat ekonomi Unand Harif Amali mengatakan membangun identitas sebuah brand batik lokal harus dimulai dari para pelaku UMKM dan pemerintah daerah sebagai pemangku kekuasaan.

Hal tersebut bisa dimulai dengan kewajiban penggunaan batik lokal bagi pegawai dan sejenisnya. "Pemerintah bisa memberikan instruksi kepada pegawai untuk mengadakan hari khusus batik di kantor, namun batik yang digunakan harus menggunakan batik lokal di daerah masing-masing. Dengan demikian dapat ikut mendorong industri batik lokal untuk semakin berkembang," ucapnya.

Selain itu, pemerintah juga dapat membawa batik-batik tersebut dalam pagelaran ekspo baik di dalam maupun di luar Sumbar. Tujuannya untuk mengekspos keunikan dari batik Minang. Dengan memperkenalkan batik tersebut ke khalayak luas akan menjadi ajang promosi terhadap pelaku UMKM batik Minang.

Sehingga akan timbul kompetisi dari setiap pelaku UMKM untuk menciptakan produk yang berbeda dengan kualitas yang bersaing. Tentunya pasar akan melirik hal tersebut sehingga akan terjadi peningkatan di sektor jual beli batik tersebut.

Selain itu, Arif mengatakan harga juga ikut mempengaruhi permintaan pasar. Batik asli Sumbar terkenal dengan harganya yang terbilang cukup tinggi. Namun jika para perajin berhasil menciptakan variasi produk lainnya dari batik tentunya harga dapat lebih menyesuaikan.

"Perajin biasanya menyesuaikan dengan segmentasi pasar. Murah atau mahal produk tergantung siapa pembeli. Biasanya untuk souvenir dan cenderamata tentu saja batik dengan kualitas premium menjadi salah satu pilihan untuk buah tangan atau dikenakan secara pribadi," tuturnya.

Pemerintah juga harus bisa menjembatani persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para pelaku UMKM. Pemerintah harus hadir dan mendukung dalam membantu industri batik Minang tersebut untuk bisa tetap bertahan seperti persoalan promosi, pendanaan, pembinaan SDM.

Pengamat ekonomi lainnya Elfindri mengatakan, potensi yang dimiliki oleh batik Minang cukup besar, asal berhasil menonjolkan ciri khasnya sehingga tampak berbeda dari daerah lain.

Ia mengatakan, sebagai daerah wisata, Sumbar memiliki potensi dalam berbagai hal termasuk jual beli UMKM batik. Dengan memanfaatkan para wisatawan dan masyarakat kelas atas tentunya batik Minang akan semakin dikenal oleh masyarakat luas.

Sumber: Padek.co
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook