MEDAN (RIAUPOS.CO) - Sebagai rasa solidaritas dan empati terhadap nasib warga Sumut yang menjadi korban kerusuhan di Wamena, Papua, Pemprov Sumut menggelar aksi “Sumut Peduli Wamena” di Aula Raja Inal Siregar, Lantai 2, Kantor Gubernur Sumut, Kamis (3/10). Aksi yang diprakarsai Gubsu Edy Rahmayadi ini berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp2,1 miliarn
Donasi Rp2,1 miliar itu berasal dari para donatur yang hadir dalam aksi penggalangan dana tersebut. Di antaranya, Bupati Labuhanbatu Utara Kharuddinsyah Sitorus, Bupati Mandiling Natal Dahlan Hasan Nasution, Ketua Yayasan RS Sembiring Johannes Sembiring, Kepala BPBD Sumut Riadil Akhir Lubis, Kepala Dinas PUPR Effendi Pohan, Ketua BM3 Sumut Syahruddin Ali, beberapa mantan Sekda Sumut, pengusaha, tokoh masyarakat dan tokoh agama.
“Alhamdulillah, hari ini terkumpul Rp2,1 miliar (tepatnya Rp2.101.132.000) dan masih ada tiga hari lagi, sebelum tim kita berangkat ke sana. Jadi, bila masih ada yang mau menyumbang lagi silahkan hubungi kami,” kata Gubernur.
Dana sumbangan tersebut, nantinya akan dibawa ke Papua oleh Tim Peduli Papua yang dibentuk Pemprov Sumut. Selanjutnya dimanfaatkan untuk membantu warga Sumut korban kerusuhan di Wamena, Papua. Bantuan yang berikan disesuaikan dengan kabutuhan masyarakat yang ada di sana. “Dana ini akan kita berikan kepada pengungsi sesuai kebutuhan mereka, misalnya makanan, kain, obat-obatan, susu, atau mungkin memperbaiki rumah mereka, yang pasti harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat asal Sumut yang ada di sana,” kata Edy Rahmayadi.
Dana ini diperkirakan akan terus bertambah hingga tiga hari ke depan, sebelum keberangkatan Tim Peduli Wamena ke Papua. “Saya berteri makasih kepada masyarakat, organisasi, perusahaan yang menyumbang. Harapan saya tentu ini akan terus bertambah,” tambah Edy.
Sampai saat ini, yang terdata ada 80 masyarakat asal Sumut yang mengungsi di Rindam XVII/Cen, Sentani. Namun, untuk data keseluruhan belum bisa dipastikan karena banyak masyarakat asal Sumut yang mengungsi ke tempat lain. Update jumlah pengungsi ini langsung diterima Edy Rahmayadi saat menghubungi petugas yang dikirim ke Wamena.
“Setelah saya telepon petugas di Wamena, sekarang total ada 80 orang yang mengungsi di Rindam, tetapi tentu masih banyak lagi yang mungkin mengungsi di tempat-tempat lainnya, seperti rumah kerabat atau saudara mereka. Ini akan dipastikan oleh tim kita yang berangkat ke sana,” kata Edy.
Melalui keterangan petugas yang dihubungi Edy Rahmayadi, juga diketahui bahwa kondisi Wamena saat ini sudah kondusif. Masyarakat mulai kembali beraktivitas seperti biasa. Ini juga sesuai dengan keterangan warga asal Sumut yang tiba di Medan, Senin (30/9), Septian Tambunan.
“Situasi di Wamena saat saya terbang ke sini sudah kondusif, tidak adalah kericuhan, namun saya tetap memutuskan pulang ke Sumut. Dari informasi yang saya dapat dari teman-teman di sana pemerintahan akan berjalan kembali di hari Senin,” ujar Septian.
Disampaikan juga, warga Sumut juga tidak ada yang menjadi korban jiwa pada konflik di Wamena, walau jumlah warga asal Sumut di daerah ini cukup banyak. “Sepengetahuan saya tidak ada warga Sumut yang menjadi korban konflik di Wamena, mungkin ada yang luka-luka, tetapi tidak ada korban jiwa,” tegasnya.
Sementara, anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Sumut, Irham Buana Nasution menyarankan agar Gubsu Edy Rahmayadi segera turun langsung menenangkan warga Sumut yang ada di Wamena. Menurut Irham, bencana kemanusiaan di Wamena memerlukan dialog-dialog antara Pemda dan tokoh masyarakat setempat dengan Pemda yang warganya banyak bermukim di Wamena.
“Untuk konteks Sumatera Utara, saya pikir Pemda yakni gubernur dan DPRD harus segera turun langsung ke sana. Tidak bisa terpisah, karena Pemda itu kepala daerah dan DPRD. Berdialog dan urun rembug. Bencana kemanusiaan ini memang memerlukan urun rembug itu sebab warga sangat perlu untuk ditenangkan,” kata Irham.
Mantan Direktur LBH Medan itu menduga ada pemantik atau pemicu yang mengakibatkan bencana kemanusiaan terjadi di Wamena. “Tentu ada pemicu karena kita tahu selama ini Wamena kondusif, hubungan antara warga lokal dengan dari luar Wamena terjalin harmonis. Apa pemicunya harus diidentifikasi dengan urun rembug yang menjunjung kearifan lokal di sana. Kalau kita biarkan pemicu ini tentu bisa saja berdampak pada keberlangsungan kondusivitas nasional,” kata Irham.
“Jadi bukan hanya semata hanya kita mendata warga,” sambung Irham.
Mengenai evakuasi, Irham menyarankan perlu dilakukan segera dengan sejumlah catatan.
“Misalnya dievakuasi ke tempat yang kondusif terlebih dulu tanpa harus memulangkan ke Sumut. Karena bila kita pulangkan ke Sumut tentu akan berdampak pada perekonomian warga kita yang sudah berpuluh tahun hidup bersama warga lokal di Wamena,” kata Irham.
Terkait tim yang sudah dibentuk Gubsu terkait Wamena, Irham menyarankan agar melibatkan lembaga kemanusiaan independen lain.
“Memang kita tahu dalam tim ada juga lembaga yang dinilai tanggap terhadap kemanusiaan. Tapi saya pikir perlu dilibatkan tim lain seperti KontraS Sumut atau media massa yang update melaporkan kondisi real di sana tanpa masyarakat harus termakan info sesat atau hoax yang mesti dihindari,” kata Irham.
Sumber: Sumutpos.co
Editor: E Sulaiman