SIAK (RIAUPOS.CO) - Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan drh Hj Susilawati MM, mengatakan stok hewan kurban di Kabupaten Siak mencukupi. Dan dia juga memprediksi akan terjadi peningkatan harga hewan kurban atas adanya penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kadis drh Susilawati lalu menjelaskan potensi stok hewan kurban dan kebutuhan hewan kurban pada Iduladha tahun ini. Data Kebutuhan kurban diambil dari tren angka kurban tahun-tahun sebelumnya.
“Potensial stok domba sebanyak 267 dan potensial stok kambing sebanyak 2.612 ekor,” jelas drh Susilawati.
Berikut data potensi stok hewan kurban dan kebutuhan terhadap hewan kurban. Potensi stok sapi 5.317, kerbau 145, kambing dan domba 2.879, sehingga totalnya 8.342 ekor.
Sementara kebutuhan sapi 2.798, kerbau 137, kambing dan domba 1.087. Ketika stok dikurang dengan angka kebutuhan, totalnya sapi 2.519, kerbau delapan, kambing dan domba 1.792.
Dengan angka ini, stok hewan kurban Kabupaten Siak masih aman. Meskipun stok dari kabupaten kota tidak bisa masuk ke Siak, demikian sebaliknya.
“Kami tidak bisa mengeluarkan surat keterangan sehat ternak atau surat izin keluar ternak dari daerah Siak,” ungkap drh Susilawati.
Melalui surat edaran Bupati Siak terkait PMK, dilakukan upaya berupa komunikasi, edukasi, kepada masyarakat maupun pihak kecamatan, hingga ke kampung.
Pihaknya juga bekerja sama dengan Polres, melakukan sosialisasi di kantor camat dengan mengundang penghulu dan pedagang ternak.
“Kami juga memantau kandang-kandang ternak, dengan menurunkan petugas kesehatan hewan didampingi Bhabinkamtibmas dan Babinsa,” ungkap drh Susilawati.
Penyakit PMK ini, menurut drh Susilawati, penyebabnya adalah virus, dan penularannya melalui udara, sehingga lebih sulit pengendalikan dan pencegahannya dibanding dengan penyakit Lumpy Skin Disease (LSD).
“Pengobatan pada ternak yang sakit ini, telah kami lakukan berupa pengobatan supportif, berupa peningkatan stamina,” ungkap drh Susilawati.
Pengobatan simptomatis untuk menghilangkan demam dan lainnya. Hal itu juga dilakukan untuk menghindari efek sekunder oleh bakteri atau infeksi ikutan yang dapat memperparah keadaan sapi yang sakit, dan pemberian obat obatan antiperadangan.
“Sapi yang sakit tentunya kami sarankan untuk dilakukan isolasi dengan memisahkan sapi tersebut dari yang sehat,” ucap drh Susilawati.
Tindakan vaksinasi memang belum ada dilakukan, karena memang belum ada vaksin di provinsi dan kabupaten kota yang terjangkit. Pihaknya masih menunggu dari pusat, karena vaksin akan didatangkan dari luar negeri.
Laporan: Monang Lubis (Siak)
Editor: E Sulaiman