PENTAS "NEGARA YANG HILANG" (SIJANGKANG)

Pesan Perdamaian dari Mutakui

Seni Budaya | Minggu, 21 Februari 2016 - 00:15 WIB

Pesan Perdamaian dari Mutakui

Lebih jauh disebutkan Fedli, Koto Sijangkang, sebagai pusat berhimpunnya para puti-puti dan para datu-datu yang merajai isyarat, simbol, dan makna yang tersirat dari alam terkembang ini. Maka ada sebuah ujaran, “Alam takombang manjadi guru, akegh tompek duduok, batang tompek sandaran, daun tompek balinduong”.

Karya itu juga adalah seruas gambaran dari proses awal perjalanan segelintir manusia untuk bertahan hidup dan mengembangkan diri sebagaimana layaknya manusia usai bencana banjir maha dahsyat. Menghancurkan bumi dan isinya hingga pralaya, nyaris tanpa sisa. Di atas Pancalang, para puti dan datu kembali menyusuri peradaban yang mula-mula. Hanya bermodalkan semangat puncak di langit.

Baca Juga :Upaya Mengembangkan Alih Wahana Seni

“Di mano Onah Koto Sijangkang Mutakui tu? Kok tongah aghi ndak nampak bayang-bayang, kok malam batabu cahayo, bintang tujuoh satontang jo kapalo”. Pernyataan purba yang diulang kembali oleh beberapa pengelana dari berbagai negara, salah satunya I-Tsing, pengelana dan pendeta Budha asal Cina beberapa abad setelah berlalunya masa para puti dan datu-datu itu. I-Tsing berujar, saat matahari tegak di atas kepala tongkat walacakra nyaris tanpa bayangan. Kawasan itu tepat digaris khatulistiwa, dan tepat di selatan Kedah. Tidak kurang dari 2000 orang belajar di sana setiap tahunnya sebelum melanjutkan pelajaran ke Hindi,” jelas Fedli panjang lebar.

Katanya, peradaban yang lahir dari para puti dan datu itu berkali-kali terbenam dan dibenamkan. Terakhir, Koto Sijangkang Mutakui, kembali dibenamkan hanya untuk menerangi sebagian masyarakat di Sumatera dengan pembangunan PLTA Koto Panjang. Maka lenyaplah koto-koto purba, tenggelam dalam kesunyian yang tampak indah bagi orang-orang hari ini, yang tidak mengetahui dan memahaminya peristiwa dibalik itu.

“Karya kami ini diangkat dari Tambo Mutakui yang belum ditulis sama sekali. Maka kami menyebutnya dengan “versi”. Karena kami sadar, bahwa setiap kawasan tua di Pulau Sumatera ini, dengan lantang menyebut dirinya sebagai kawasan yang usali atau mula-mula. Merekalah ninik moyang dan di luar dirinya adalah anak cucu kemanakan yang telah berkembang ke seantero kawasan Nusantara l. Kami berusaha meminimalisir terjadinya konflik saling klaim. Nah, begitu pula kisah yang dituturkan dalam karya kami ini,” jelasnya.

Salah satu ahli waris kedatuan mutakui Suhaimi Zen atau lebih akrab disapa Ongku imi menuturkan hal serupa. Katanya, sudah terlalu lama peradaban tua ini dibenamkan. Sudah terlalu jauh sejarahnya dikaburkan bahkan digelapkan para pemilik kepentingan termasuk pemerintah bangsa ini. Sudah terlalu marajalela orang-orang yang merasa dirinya sebagai pakar dan ahli sejarah menyeret sejarah Mutakui sekehendak hatinya. Sehingga generasi muda tidak mengetahui sejarah sebenarnya dan menganggap Mutakui sebagai mitos bahkan dongeng belaka.

“Tentunya kami bersyukur masih ada anak-anak muda yang mau menggali serius sejarah kedatuan Mutakui. Kami sangat berterima kasih karena Fedli dan Lembaga Teaternya mengangkat kisah lama ini sebagai karya seni lewat panggung sandiwara. Kami berharap setelah teater Selembayung akan banyak pihak yang mau dan ikhlas untuk mendalami sejarahnya. Saya ingatkan, untuk mengetahui sejarah Mutakui, tak perlulah harus mengelilingi dunia sebab semuanya masih melekat erat dikepala dan ingatan kami sebagai pendukung peradaban ini,” kata Ongku Imi.

Hal senada juga disampaikan Ketua Yayasan Matankari, Amirullah yang juga ikut dalam kepanitiaan menggagas pertunjukan Pentas Lakon Negara yang Hilang. Disebutkannya, Yayasan Matankari itu sendiri adalah yayasan miliki Ninik Datuk Rajo Dubalai, enguasa soko, pisoko, jo limbago Alam Pulau Poco (Perca) yang saat ini dijabat Datuk Nasrul. Sebagai perpanjangan lidah, Yayasan Matankari mengajak semua orang untuk peduli pada sejarah dan adat istiadat negeri ini salah satunya tentulah Kedatuan Mutakui.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook