SAJAK

Sajak-sajak Marsten L Tarigan

Seni Budaya | Minggu, 27 Desember 2015 - 00:33 WIB

Orang Asing dan Natal

/1/

Baca Juga :Musikalisasi Puisi Posan Omak SMAN 3 Tapung Hulu Memukau

Misalnya tubuhku adalah kampung

di mana akan kau inapkan mimpi-mimpimu

tentang kado juga pohon-pohon cemara

yang memberimu sejuk malam natal

Sementara orang-orang di sini melulu saja

memangkas barisan tengkaras makna

sebab ada yang mereka duga

bahwa sejarah bukan lagi sebuah petuah

Bertahun-tahun makna sembunyi di dalamnya

seperti dirimu lari-lari di antara helai daun jarak

Sungguh kita tak tau, berapa lama telah mencari,

berapa rambut telah tumbuh sendiri. Hingga

bulan natal datang lagi, kita buka kembali

halaman-halaman yang menyimpan lagu lama

/2/

Bayangan kereta rusa membawa kita ke sini

bersama kegelisahan yang lahir berulangkali

yang begitu mahir merajai diri. Malam kudus

yang kita inginkan, sebentar juga akan pergi

meninggalkan kita di halaman-halaman alkitab

di antara perjanjian baru dan perjanjian lama

Mungkin belati neraka atau hatilah

membuatku bersujud pada yang berdiam diri

Namun kau pula kekasih telah jadi orang asing

menggarisi setiap jengkal langkah pendaki

kemudian lari-lari sendiri

Pada Sebuah Suasana

Sepertinya kulihat kuda-kuda liar

berjalan tenang di antara binatang lain.

Perlahan-lahan panorama ini bergerak,

                pelan sekali

membawaku pada sebuah suasana,

tikai yang memaksaku menulis dengan cermat,

yang mana cinta, yang lain hasrat belaka.

Sementara dirimu masih kuduga-duga

: apakah sedang kukerik rambut sendiri

atau mestikah kutebang leher yang tegak berdiri.

Tapi kuingat gambar pohonan di tanganmu,

bergaris-garis bebaris kasih. Mungkin bagimu

mirip gula-gula: kucuri rasa manis

meski rupa gabus berulang kali

menjebakku begitu halus.

Tiba-tiba beberapa malaikat

dengan sayap dari tajam belati

datang dari sejarah dan ketinggian,

memukul-mukul dada yang selalu kujaga

dengan rasa bahaya.

Mereka semua mencurigai janjiku padamu,

pengakuan yang tak pernah kau baca,

bahwa kepadamu akan kuberikan negeri ini

yang kudiami sebagai penyair dan orang asing.

Kemudian kuhadirkan lagi jibaku dengan diri

yang belum selesai sampai selama ini. Lantas

kusaksikan bintang-bintang mendatangiku

serupa peziarah, sebagai risalah puisi pertama.

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook