Orang Asing dan Natal
/1/
Misalnya tubuhku adalah kampung
di mana akan kau inapkan mimpi-mimpimu
tentang kado juga pohon-pohon cemara
yang memberimu sejuk malam natal
Sementara orang-orang di sini melulu saja
memangkas barisan tengkaras makna
sebab ada yang mereka duga
bahwa sejarah bukan lagi sebuah petuah
Bertahun-tahun makna sembunyi di dalamnya
seperti dirimu lari-lari di antara helai daun jarak
Sungguh kita tak tau, berapa lama telah mencari,
berapa rambut telah tumbuh sendiri. Hingga
bulan natal datang lagi, kita buka kembali
halaman-halaman yang menyimpan lagu lama
/2/
Bayangan kereta rusa membawa kita ke sini
bersama kegelisahan yang lahir berulangkali
yang begitu mahir merajai diri. Malam kudus
yang kita inginkan, sebentar juga akan pergi
meninggalkan kita di halaman-halaman alkitab
di antara perjanjian baru dan perjanjian lama
Mungkin belati neraka atau hatilah
membuatku bersujud pada yang berdiam diri
Namun kau pula kekasih telah jadi orang asing
menggarisi setiap jengkal langkah pendaki
kemudian lari-lari sendiri
Pada Sebuah Suasana
Sepertinya kulihat kuda-kuda liar
berjalan tenang di antara binatang lain.
Perlahan-lahan panorama ini bergerak,
pelan sekali
membawaku pada sebuah suasana,
tikai yang memaksaku menulis dengan cermat,
yang mana cinta, yang lain hasrat belaka.
Sementara dirimu masih kuduga-duga
: apakah sedang kukerik rambut sendiri
atau mestikah kutebang leher yang tegak berdiri.
Tapi kuingat gambar pohonan di tanganmu,
bergaris-garis bebaris kasih. Mungkin bagimu
mirip gula-gula: kucuri rasa manis
meski rupa gabus berulang kali
menjebakku begitu halus.
Tiba-tiba beberapa malaikat
dengan sayap dari tajam belati
datang dari sejarah dan ketinggian,
memukul-mukul dada yang selalu kujaga
dengan rasa bahaya.
Mereka semua mencurigai janjiku padamu,
pengakuan yang tak pernah kau baca,
bahwa kepadamu akan kuberikan negeri ini
yang kudiami sebagai penyair dan orang asing.
Kemudian kuhadirkan lagi jibaku dengan diri
yang belum selesai sampai selama ini. Lantas
kusaksikan bintang-bintang mendatangiku
serupa peziarah, sebagai risalah puisi pertama.