Perayaan Hari Puisi Indonesia (HPI) tahun ini dilaksanakan secara maraton di 10 kabupaten/kota dan 10 titik di Riau. Angka 10 melambangkan bahwa perayaan HPI tahun ini merupakan yang ke-10.
(RIAUPOS.CO) - PERAYAAN HPI di Riau dimulai tanggal 26 Juli 2022 lalu. Tepat sekali dengan perayaan HPI itu sendiri. Waktu itu, perayaan dilaksanakan di Kabupaten Bengkalis. Dilanjutkan di Kabupaten Rohil tanggal 8 Agustus dan perayaan ketiga di Kota Dumai, Jumat (19/8). Perayaan ketiga di Kota Dumai ini dihadiri penyair/seniman dari berbagai kabupaten/kota. Antara lain,Pekanbaru, Rohil, Bengkalis, Kampar, Siak, dan Dumai sendiri.
Para seniman/penyair tersebut atara lain, Rian Harahap (Pekanbaru) yang juga Ketua Jaringan Teater Riau (JTR), Yanda Rahmanto selaku Ketua Harian Rumah Sunting (Pekanbaru), Muhammad Maulana (Pekanbaru), Muyati Umar (Pekanbaru), Khudri Anwar (Rohil), Mukhlis (Rohil), Wak Ghoz (Bengkalis), Aal Rakhim Sekha (Kampar), Zamhir Arifin (Siak) yang saat ini berdomisili di Pekanbaru, Kunni Masrohanti, dan beberapa lainnya.
Sedangkan para penyair/seniman Dumai antara lain Tyas AG, Sugito Syarif, Ucok Ahyar, Zulkarnain, Andra, Panca, Nanta (musisi/kasi seni dan budaya Kota Dumai), Faisal (mahasiswa), Firdaus, Jimmy Brainstorming, Randa selaku pelantun syair, dan segenap pengurus DKD lainnya.
Perayaan HPI di Riau setiap tahun digagas Komunitas Seni Rumah Sunting di bawah pimpinan seniman dan penyair perempuan Riau, Kunni Masrohanti. Bentuk pelaksanaannya setiap tahun juga berbeda. Sebagai penggagas, Kunni dan Rumah Sunting tidak bisa sendiri. Komunitas ini selalu mengedepankan kolaborasi. Maka, dengan kolaborasi bersama seniman, pemerintah, lembaga/instansi/komunitas setempat, kegiatan ini bisa dilaksanakan.
Di Dumai, Rumah Sunting berkolaborasi dengan Dewan Kesenian Dumai (DKD) yang diketuai Asra Usradinda, Senepak yang dipimpin Ngah Aroel, dan Jaringan Teater Riau (JTR) yang dinakhodai Rian Harahap. Empat orang inilah yang membuat perayaan HPI di Dumai bisa berjalan baik.
Para senimn tampil secara bergantian. Bukan hanya seniman Kota Dumai, tapi ada yang dari Kabupaten Bengkalis, Rohil, Kampar dan Kota Pekanbaru. Penampilan para seniman membuat Kedai Kopi Kampung di Jalan Ombak Dumai, makin malam makin ramai pengunjung. Mulai dari pembacaan puisi, syair, akustik, hingga monolog.
Perayaan HPI di Kota Dumai, tepatnya di Kedai Kopi Kampung Jalan Ombak ini mengusung tema “Pekik Pekak Kota Minyak”. Kota Dumai menjadi kota ketiga pelaksanaan HPI di Riau ‘Raun-Raun 10 tahun 10 titik’ yang digagas Komunitas Seni Rumah Sunting, setelah Bengkalis 26 Juli dan Rohil 8 Agustus lalu.
“Terima kasih Dumai, sangat bersemangat dan bergelora. Terima kasih Ngah Aroel, terima kasih Ketua Dewan Kesenian Kota Dumai, Bang Asra Usradinda. Terima kasih semua seniman, penyair Dumai dan dari luar Dumai yang hadir. Ada Rohil, Bengkalis, Siak, Kampar dan Pekanbaru. HPI Bengkalis istimewa, HPI Rohil penuh kearifan lokal, HPI Dumai ada api seni sastra yang membara dan melambangkan kebangkitan. Terima kasih atas sambutan terhadap gagasan yang kami lontarkan dalam merayakan HPI di 10 kabupaten 10 titik tahun ini. Kolaborasi menjadi kunci. Kami hanya menghoyak, kawan-kawan penyair dan seniman di daerah yang luar biasa. I love you Dumai,” kata Kunni di sela-sela acara tersebut.
Penggagas perayaan HPI di Riau sekaligus Ketua Penyair Perempuan Indonesia (PPI) ini, menyebutkan, tema HPI yang diusung Kota Dumai berkaitkelindan dengan tema HPI secara nasional, yakni From Indonesia to The World.
“Semua dari dasar. Kalau ada sumbangan Indonesia untuk dunia, maka ada sumbangan Riau untuk Indonesia, dan ada sumbangan Kota Dumai untuk Riau. Inilah puisi, bukan hanya kata, tapi ada makna dan pesan di dalamnya. Dumai kota ketiga perayaan HPI dari 10 kabupaten/kota di Riau tahun ini. Jadikan puisi bukan hanya untuk puisi, tapi puisi untuk membangun negeri,” kata Kunni.
HPI di Kota Dumai ini dilaksanakan secara kolaborasi antara Rumah Sunting, Dewan Kesenian Dumai (DKD), Jaringan Teater Riau (JTR) dan Senepak. Tentu juga dengan penyair dan seniman Riau lainnya.
Di Dumai ini, Kunni datang bersama tim Rumah Sunting lainnya yakni, Yanda Rahmanto yang karya-karya puisinya termaktub salam antologi puisi Bisik Langit Pasak Bumi. Yanda sebagai Ketua Harian Rumah Sunting dan Muhammad Maulana sebagai tim publikasi dokumentasi. Hadir juga dari Pekanbaru penulis dan penyair Mulyati Umar yang juga kepala sekolah.
Ketua DKD Kota Dumai, Asra Usradinda mengaku bangga dan senang dengan diaksanakannya kegiatan tersebut. Ia mengucapkan selamat datang kepada seniman dan penyair yang datang dari luar Dumai. Malam itu Asra menyerahkan buku puisi yang diinisiasi DKD. Puisi dalam buku ini karya penyair Dumai.
“Kata orang, Dumai ini atas minyak bawah minyak. Sampai hari ini beginilah kondisi Dumai. Tapi ya sudahlah, kita tetap berkarya dan berkesenian saja. Selamat datang di Kota Dumai. Terima kasih Rumah Sunting. Terima kasih Ngah Aroel yang selalu aktif dan ada ide. Ngah Aroel ni, kalau sudah bergerak, semua jadi di tangannya,” kata Usra.
Ngah Aroel selaku pelaksana Dumsu yang selalu berkomunikasi aktif dengan Kunni dan seniman lain dalam pelaksanaan HPI ini, mengaku terharu karena kegiatan ini mampu menghadirkan seniman dan penyair senior.
“Alhamdulillah kegiatan HPI di Dumai bisa berjalan baik. Terima kasih kepada semua yang hadir, termasuk senior-senior, semua datang. Seperti keluar dari persembunyian. Jadi malam HPI sekaliguas silaturrahmi. Kami sangat senang, mohon maaf kalau banyak yang kurang-kurang. Dan insya Allah jika ada kesempatan, kami akan menghadiri HPI di kota/kabupaten berikutnya nanti. Terima kasih Rumah Sunting,” kata Ngah Aroel pula.
Monolog yang Memukau
Salah satu penampilan yang memukau itu adalah monolog singkat persembahan Rian Harahap. Di atas panggung sederhana itu, Rian tampil totalitas, bermandikan pasir dan kerikil. Suaranya yang jelas dan lantang, wajah penuh ekspresi tanpa batas, dan kreativitas penggunaan properti yang spontanitas, membuat seniman dan masyarakat hadir berdiri dan tercengang.
Dalam penampilan itu Rian bercerita tentang Dumai saat ini dan akan makin parah dari saat ini jika masyarakat tetap diam. Bahkan Rian menyebut Dumai bisa tenggelam oleh kerakusan oligarki dan kapitalisme.
Rian benar-benar menyajikan sebuah petunjukan yang lahir sebagai sikap kritis terhadap kondisi Riau, khususnya Kota Dumai saat ini. Ia mengajak seniman untuk lebih peduli dengan kondisi sekitar dan menjadikan seni sebagai jalan menyalurkan gagasan dan pemikiran-pemikiran.
“Saya ingin teater juga hidup di Kota Dumai. Apalagi katanya di Dumai tidak ada monolog. Terus, ya mengajak kawan-kawan seniman bergerak dan berkarya dengan karya yang bisa memberikan gagasan dan pemikiran terbaik bagi negerinya,” kata Rian.
Ruang Silaturrahmi
Perayaan HPI di Dumai membuat semua seniman dan penyair keluar. Kata ngah Aroel, seolah mereka keluar dari persembunyian, kemudian berkumpul, saling bercerita dan bersilaturrahmi satu dengan yang lain. Salah satu penyair yang sudah jarang keluar itu adalah Tyas AG. Tyas merupakan penyair senior Riau asal Kota Dumai.
Pada malam itu, Tyas terlihat sehat. Ia banyak bercerita tentang puisi Melayu dan bahasa Melayu yang jarang dipakai. Baginya, bahasa-bahasa Melayu yang sudah hampir hilang ini hendaknya menjadi diksi yang menguatkan setiap puisi yang dilahirkan oleh penyair Riau. Selain menjadi diksi, diharapkan juga puisi mampu merawat bahasa tersebut agar tetap ada dan tercatat dalam bukum yakni melalui puisi.
‘’Barangkali karena kita Melayu, barangkali karena bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu, jadi banyak kata-kata yang semestinya bisa muncul dalam puisi dan menguatkan setiap bait dan maknanya. Penyair yang menulis puiai dengan bahasa-bahasa Melayu yang hampir hilang, ia juga berarti menjaga dan merawat bahasa itu dalam karya-karyanya. Inilah peran penyair,’’ kata Tyas.***
Laporan TIM RIAU POS, Dumai