GERAKAN LITERASI INDONESIA

Indonesia Harus Sejajar dengan Negara Maju dalam Pemahaman Literasi

Seni Budaya | Jumat, 27 November 2015 - 16:28 WIB

Indonesia Harus Sejajar dengan Negara Maju dalam Pemahaman Literasi
Kepala Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof Dr Gufran Ali Ibrahim MS (dua dari kiri), Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau Drs Agus Sri Danardana MHum, dan sastrawan Marhalim Zaini SSn MA saat menjadi pembicara dalam acara "Survei Kebutuhan Masyarakat terhadap Model Fasilitasi Peningkatan Apresiasi Sastra" di Balai Bahasa Provinsi Riau, Jumat (27/11/2015). (HARY B KORIUN/RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -  Indonesia jauh tertinggal dari negara lain di dunia dalam membudayakan literasi kepada masyarakat. Dalam beberapa survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga, Indonesia selalu berada di barisan belakang. Dalam sebuah survei yang dilakukan terhadap 65 negara, Indonesia berada di posisi ke-64. Dalam survei lainnya, dari 45 negara yang disurvei, Indonesia berada di posisi ke-44.

Kondisi ini memperlihatkan bagaimana rendahnya minat baca di Indonesia. Indek literasi kita saat ini adalah 0,0001. Artinya, dari 1000 orang hanya satu yang melek literasi. Literasi dalam hal ini bukan hanya membaca dan menulis, tetapi memahami secara mendalam dan memahami makna.

Baca Juga :OJK  Edukasi Penyandang Disabilitas

Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof Dr Gufran Ali Ibrahim MS, dalam acara "Survei Kebutuhan Masyarakat terhadap Model Fasilitasi Peningkatan Apresiasi Sastra" di Balai Bahasa Provinsi Riau, Jumat (27/11/2015). Selain Gufran, dua pembicara lainnya adalah Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau Drs Agus Sri Danardana MHum, dan sastrawan Marhalim Zaini SSn MA,  yang dimoderatori oleh Anik Muslikah dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Acara ini diikuti sekitar 50 peserta dari beberapa komunitas sastra di Riau, antara lain Gerakan Komunitas Sastra Riau (GKSR), Komunitas Paragraf, Malam Puisi, Rumah Kayu, Kompeter, Sunting, dan yang lainnya. Tahun ini, ada lima daerah yang menjadi titik kegiatan ini. Selain Riau, juga digelar di DI Yogyakarta, Bali, Sulawesi Selatan, dan Aceh.

“Inti dari program ini adalah bagaimana membangun bahasa dan mencintai sastra. Penjabarannya adalah gerakan literasi bangsa, gerakan cinta sastra, pemuatan bahasa media luar ruang, dan penguatan bahasa dan pertumbuhan cinta sastra Indonesia pada masyarakat di daerah perbatasan,” jelas mantan Rektor Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Maluku Utara, ini.

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook