(RIAUPOS.CO) - ADA yang unik di gedung teater tertutup Anjung Seni Idrus Tintin, Sabtu (14/4) pagi. Aktor dan artis muda SMAIT Al-Ittihad Pekanbaru menyuguhkan sebuah pertunjukan seni, drama klasik Bangsawan dengan judul Budi yang Baik Dikenang Jua.
Jika pertunjukan drama yang biasanya dibentang pada malam hari, atas pertimbangan acara perpisahan kelas 12, karya mereka justru ditampilkan pada pagi hari, pukul 08.00 WIB. Pertunjukan drama berdurasi 90 menit itu, mendapat apresiasi tinggi dari walimurid, pihak yayasan, dan juga para undangan yang memenuhi gedung megah tersebut.
"Saya bangga, anak-anak tampil maksimal setelah berproses kuranglebih dua bulan dengan binaan Lembaga Teater Selembayung. Inilah hasil terbaik mereka untuk kita semua," ungkap Kepala Sekolah SMAIT Al-Ittihad Awaluddin Nasution SAg usai pementasan.
Sebagai ilustrasi, pementasan drama klasik Bangsawan itu berkisah tentang keluarga sebuah Kerajaan Melayu. Sultan Mahmud yang sudah tua berniat untuk menyerahkan tampuk kekuasaan kepada salah satu dari tiga anak lelakinya. Namun terjadi kegaduhan karena Sultan menyerahkan tahtanya kepada anak bungsunya, Djafaar. Keputusan itu tentu saja menyimpang karena biasanya, kekuasaan harus diserahkan kepada anak sulung, yakni Tengku Husin. Kegaduhan justru diperumit oleh anak kedua Sultan, Tengku Ali yang tiba-tiba juga menginginkan tahta itu.
Sultan Mahmud, dengan bijak dan tenang, meminta semua anaknya lelakinya, Djafaar, Husin, dan Ali untuk menerima keputusan itu. Ia juga mengharapkan restu dari permaisurinya Hamidah, dan anak perempuannya Tengku Tengah.
Dengan ketegasan dan kebijaksanaan yang dimiliki, mau tidak mau, bahkan Datuk Bendahara serta seluruh pembesar kerajaan menerima keputusan tersebut. Sultan yang baru, Djafaar pun dilantik. Pihak istana mengajak seluruh rakyat dan negeri-negeri sahabat untuk ikut merayakan dan berpesta selama tujuh hari tujuh malam, berturut-turut.