PEKANBARU (RIAUPOS.CO)- Kisah klasik Bangsawan Melayu masa lampau tak lepas dari dendam, benci, amarah, perang dan cinta-cinta tak berbalas alias mengambang. Terkesan emosional. Bahkan cucuran keringat, air mata dan darah senantiasa melumuri singgasana raja-raja.
Kisah itu dapat juga disaksikan dalam produksi Rumah Budaya (RB) Tengku Mahkota berjudul: Tengku Mahkota Seri Buantan, naskah SPN GP Ade Dharmawi yang diubahsuai sutradara muda M Reza Akmal, 25-26 November 2022 di Anjung Seni Idrus Tintin.
Dalam karya Tengku Mahkota Seri Buntan itu, pola pemanggungan istanasentris tentu saja terdedah di depan mata ratusan audien yang memadati gedung megah itu sepanjang dua malam berturut-turut.
Singgasana sultan dan ragam aksesorisnya cukup memanjakan mata penonton. Selain itu, kostum dan make up para pelakon juga turut menawarkan kesan “wah” ala bangsawan masa lalu. Tak tertinggal bebunyian alias musik yang digarap khusus dengan nyanyian ciptaan sendiri. Juga musik ilustrasi oleh para komposer dan musisi. Paling tidak itulah yang hendak dihajatkan pengkarya hingga audien merasa pantas membeli tiket.
Dalam teks Tengku Mahkota Seri Buantan
Tergambar pula kisah cinta yang mengambang antara Raja Kecil (Sultan Abdul Jalil Ahmad Syah-Pendiri Kerajaan Buantan cikal bakal Kerajaan Siak Sri Indrapura Dar al-Salam al-Qiyam) dengan dua istrinya, Tengku Mahbungsu dan Encik Kecil Putri Dipati.
Kedua tokoh perempuan itu, tidak wujud secara fisik ke panggung dalam teks asli SPN GP Ade Dharmawi. Sedang dalam teks baru yang digarap Reza Akmal, keduanya divisualkan untuk menguatkan keinginannya. Sang Sutradara sengaja menghadirkan kisah cinta Raja Kecik alias Sultan Abdul Jalil Ahmad Syah dengan kedua istrinya itu. Baginya kisah percintaan selalu diminati dan dinanti-nanti penonton.
“Ya, setidaknya kisah asmara, apapun endingnya, selalu diminati orang. Itulah alasan kenapa saya menghadirkan dua perempuan hebat tersebut,” ungkap Reza Akmal usai pertunjukan, Sabtu (26/11).
Encik Kecil Putri Dipati adalah istri pertama yang setia mendampingi sejak Raja Kecik belum jadi apa-apa. Meski bukan gahara seperti Tengku Mahbungsu (Permaisuri Raja Kecik dan Bunda Tengku Buang Asamara), Putri Dipati terus mendamping suaminya, bahkan saat berperang dengan musuh.
Layaknya sebuah karya, buah tangan Reza Akmal ini tentu belumlah sempurna. Meski sudah cukup layak dilepastontonkan kehadapan publik. Buktinya, secara kuantitas jumlah tiket yang terjual hampir mencapai 1.000 helai. Palingtidak, Reza dan kawan-kawan telah berupaya maksimal dan hasilnya, ia pulangkan kepada audiens.
“Tak ada yang sempurna namun usaha yang kami lakukan mendapat apresiasi dari seluruh penonton yang hadir. Percayalah kami akan terus menyempurnakan karya ini dan terus berproses agar capaian-capaian artistik mengalami perkembangan yang berarti.(egp)