KOLOM ALINEA

Kalimat Bersayap

Seni Budaya | Minggu, 03 Januari 2016 - 00:05 WIB

Kemudian, anggapan bahwa frasa pemberdayaan nelayan sebagai kalimat bersayap, juga kurang tepat untuk makna ‘tidak jelas’, ‘absud,’ atau ‘tidak terukur’ secara kuantitatif seperti yang disebut Jokowi itu. Kata-kata bersayap yang di­sebut double entrende dalam bahasa Perancis tam­paknya lebih mengacu pada makna konotatif. Ungkapan mari kita tengok ke belakang tidak saja bermakna ‘memalingkan wajah ke belakang’ tetapi dapat bermakna ‘mari belajar dari sejarah’ atau ‘mari lihat apa yang sudah terjadi.’

Demikian pula iklan sebuah produk kesehatan yang berbunyi “buat anak kok coba-coba,” bagi si pembuat, iklan itu ditujukan kepada pemirsa/pendengar agar obat untuk anak harus yang sudah terjamin khasiatnya. Sementara itu, buat pemakai bahasa lain dapat menjadi ungkapan/kata-kata bersayap yang bermakna ‘membuat anak (bersetubuh) kok coba-coba.’

Sebagian pembaca barangkali akan menggambarkan “drama”  antara Presiden Jokowi dan Menteri Susi di atas dengan kalimat bersayap: “Bapak mau makan pakai apa? “ “Ya pakai tangan to! Mosok pakai kaki” (Kusno, 2009). Si penanya bermaksud menanyakan jenis lauknya, sementara si pendengar memahaminya sebagai alat (situasi serius atau ber­canda). Selamat ber­bahasa.***

Baca Juga :Balai Bahasa Provinsi Riau Ingin Terus Berkolaborasi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook