Semestinya upaya pewarisan nilai dan ajaran Tunjuk Ajar Melayu ini sejak dulu sudah menjadi urusan dan tanggungjawab institusi yang berhubungan dengan pengembangan dan pembinaan kebudayaan seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan –masa lalu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, institusi pendukung seperti Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Dewan Kesenian Riau dan institusi-institusi lain perlu ambil peduli dan berinisiatif pula melakukannya.
Pola pewarisan itu dapat dilakukan melalui jalur formal yakni pendidikan di sekolah dan jalur informal melalui lembaga kursus dan non-formal yang langsung dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Pewarisan baru dapat dilakukan apabila sudah memiliki sistem dan sumber informasi yang tepat sehingga efektivitasnya dapat dijamin.
Saya mencoba mencermati buku-buku yang berisi ajaran kebajikan dan karakter yang disepadankan dengan Tunjuk Ajar Melayu itu di bangku sekolah dasar, menengah dan atas. Terus terang, apa yang disajikan tampaknya masih menggambarkan ajaran kebajikan umum yang kurang mengandung ajaran karakter dan tradisi orang Melayu. Apalagi di dalam buku-buku itu kurang dipadankan dengan ungkapan dan ajaran bijak Melayu sebagaimana termuat di dalam buku Tunjuk Ajar Melayu.
Selebihnya, buku-buku yang banyak tersedia di sekolah justru buku penunjang berupa dongeng, mitos dan cerita rakyat. Biasanya buku-buku ini diterbitkan oleh penerbit buku dan dibeli oleh pihak pemerintah. Laiknya proyek pengadaan buku yang sudah lazim berlaku di negeri ini.
Pertanyaan yang muncul sekarang, siapakah pihak yang paling berkompeten mengelaborasi buku Tunjuk Ajar Melayu itu sehingga lebih mudah dipahami oleh seluruh orang yang bermastautin di wilayah ini.
Harus Menjadi Gerakan Massif
Apabila Tunjuk Ajar Melayu mesti diwariskan sejak kini ke generasi akan datang tak ada pilihan lain harus dijadikan sebuah gerakan massif yang melibatkan pihak pemerintah, pemuka adat, pemuka agama, generasi muda dan seluruh rakyat. Apalagi, ajaran karakter orang Melayu ini seiring-sejalan dengan aspek budaya dalam Visi Riau 2020 yang berazam menjadi Provinsi Riau sebagai Pusat Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara dalam suasana yang agamis.