ESAI BUDAYA

Mewariskan Tunjuk Ajar Melayu ke Generasi Baru

Seni Budaya | Minggu, 21 Februari 2016 - 01:00 WIB

Mewariskan Tunjuk Ajar Melayu ke Generasi Baru

Persoalan sosialisasi buku-buku yang diterbitkan oleh pemerintah selalu terkait distribusi buku yang terbatas dan tak jelas. Sebab, kebiasaan buku-buku proyek cenderung diterbitkan ala kadarnya dan masalah penyebaran buku tidak lagi diperhatikan.

Padahal bila buku Tunjuk Ajar Melayu ini disebarkan sampai di seluruh perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi di kawasan rumpun Melayu terutama Provinsi Riau tentu saja sejak lama ajaran tunjuk ajar tersebut dapat dijadikan bahan bacaan dan pedoman bagi anak-anak jati Melayu sebagai bimbingan dan arahan dalam   kehidupan sehari-hari.

Baca Juga :Pertunjukan Penutup Rangkaian HUT Kota

Pada masa pemerintahan Gubernur Riau Rusli Zainal buku Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas disempurnakan dan dicetak ulang oleh Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, Yogyakarta bekerjasama dengan penerbit Adicita Karya Nusa, Yogyakarta. Penerbitan buku ini yang diinisiasi oleh pemilik penerbitan, Mahyuddin Al Mudra, anak jati Melayu di perantauan ini  patut disambut gembira karena penyebaran buku ini pasti jauh lebih terbuka karena dijual di toko-toko buku.

Persoalannya, harga jual buku ini cukup mahal untuk ukuran orang awam. Apalagi buku-buku serius yang berkaitan dengan keilmuan dan pengetahuan. Persoalan harga buku dan minat baca memang sudah lama diperbincangkan di negeri ini. Oleh sebab itu, masalah distribusi buku tetap saja menjadi kendala dalam mensosialisasikan buku Tunjuk Ajar Melayu ini.

Perbincangan saya dengan Bung Mahyuddin Al Mudra beberapa tahun setelah buku Tunjuk Ajar Melayu terbit masih menyiratkan kekhawatiran bagaimana buku tersebut bisa tersebar luas. Persoalannya, Pemerintah Provinsi Riau tidak membeli buku dalam jumlah yang sebanding dengan perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi yang ada. Belum lagi institusi sosial-kemasyarakatan yang selama ini lebih mudah diakses oleh masyarakat dalam hal bahan bacaan.

Buku Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas Effendy  tampaknya masih tepat menjadi objek kajian para peneliti dan ilmuwan atau orang-orang yang bergelut di bidang budaya Melayu. Bahkan kandungan buku ini sudah lazim dikutip dalam pidato-pidato para pembesar di negeri serumpun, Malaysia.

 Pewarisan Tunjuk Ajar Melayu

Persoalan pewarisan nilai-nilai dan ajaran Tunjuk Ajar Melayu sebagaimana ajaran adat budaya puak lain selalu menjadi kerisauan yang tak habis-habisnya. Hal ini berkaitan dengan banyak faktor mulai tidak jelasnya sarana dan metode pewarisan, kepungan dan gempuran budaya modern yang lebih dusukai anak-anak generasi masa kini hingga institusi yang paling bertanggungjawab dalam urusan pewarisan itu.

Ajaran Tunjuk Ajar Melayu yang disampaikan dalam bentuk ungkapan dan kiasan tentu saja hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang memiliki perhatian dan keahlian tersendiri. Banyak relasi saya yang ingin memahami ajaran kehidupan orang Melayu, ketika saya perkenalkan buku Tunjuk Ajar Melayu langsung menyatakan kesulitan untuk memahaminya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook