Iklim pergaulan dan kesenian di Yogyakarta juga diakui Slamet sangat serasi. Penuh seloka, pemadanan, dan simbol-simbol. Asik. Menoleh ke kiri ada paduan suara, ke kanan ada latihan gamelan, jauh lagi ada pembuat lukisan. Macam-macam.
"Apa yang mereka bikin, ternyata ungkapan terimakasih pada Tuhan karena diberi imajinasi. Kita bukan kodok, kucing atau lembu. Ternyata yang tak bermakna, di tangan manusia jadi bermakna. Saya jadi faham bahwa orang Indonesia banyak simbol dan kiasan. Lembu tetaplah lembu, tapi kulit lembu di tangan dia (penabuh madihin, red), jadi musik, jadi pengiring madihin, alat penyampai pesan. Inilah yang membuat saya bertahan di teater," kata Slamet lagi.
Teater juga mengajarkan pemeran dan sutradaranya harus berfikir cerdas dan cepat. Ia mencontohkan bagaimana ketika sosok Sudirman diangkat ke atas panggung teater. Untuk menjadi Sudirman, tokoh juang Indonesia yang luar biasa, perlu 40 tahun. Rapi untuk menjadi Sudirman di atas panggung hanya butuh waktu 90 menit . Menangkap Ruh Sudirman itu, siapa dan bagaimana, itulah yang dibawa ke atas panggung.
Sudirman, lanjutnya, sosok yang melahirkan generasi gerilya. Masyarakat tidak dibekali dengan senjata saat berperang, tapi dengan peta. Menguasai peta, membolak balekkan peta, inilah cara mengalahkan musuh meski hanya dengam bambu runcing.
"Maka, menjadi orang teater harus bergerilya, tau peta dan menjadi dasar bagi diri dalam menjalani kehidupan. Jalan menyampaikan pesan, menjadi fiosofi dasar dalam dkri. Lantas, mengapa teater tidak disukai masyarakat saat ini. Apa masalahnya, apa sebegitu rumit. Makanya jadi seniman harus faham filosofi hidup, kalau tak faham, berhenti saja jadi seniman. Seniman bukan berwacana. Banyak tu wacana saja, mencipta tak bisa. Ini jadi perhatian mu, Wil," kata Slamet kepada Willy Fwi, Ketua PTI Riau yang dilantik.
Kesenian itu seperti kopi, pahit, sambung Slamet, tergantung menggoreng dan jam minumnya. "Bagaimana supaya teater di Riau maju, tentu harus sama-sama berjalan dan memiliki semangat yang sama," katanya lagi.
Slamet memulai kariernya di dunia teater dengan bergabung dalam Teater Populer yang didirikan oleh Teguh Karya. Ia Memperoleh penghargaan maestro aktor dan sutradara untuk perfilman dari KFT pada tahun 2021.