14 Ton Garam Disemai

Riau | Kamis, 28 Februari 2019 - 10:01 WIB

14 Ton Garam Disemai
MUAT GARAM: Petugas memuat garam ke pesawat Cassa 212 200 sebelum pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Rabu (27/2/2019). (MHD AKHWAN/RIAU POS)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terus terjadi di Bumi Lancang Kuning. Berbagai upaya telah dilakukan Satuan Tugas (Satgas) Karhutla Provinsi Riau agar karhutla tidak semakin meluas. Salah satunya teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan. Proses hujan buatan telah dilakukan sejak, Selasa (26/2) lalu, di mana poskonya berada di Lapangan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin.

Hingga kini, sebanyak 14.000 kg atau 14 ton bubuk garam sudah disemai di atas awan yang memiliki potensi hujan. Komanandan Lanud Roesmin Nurjadin, Marsma Ronny Irianto Moningka mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya pemadaman karhutla melalui TMC. Pelaksanaan operasi ini didukung oleh satu unit pesawat jenis Cassa. “Pesawat Cassa sudah beropersi sejak Selasa lalu. Pesawat ini untuk pemadaman dengan teknologi modifikasi cuaca,” ujar Ronny kepada Riau Pos, Rabu (27/1).

Baca Juga :Malam Pergantian Tahun Dimeriahkan Wali Band

Dalam operasi hujan buatan ini, lanjut dia, pihaknya berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofikasi (BMKG) Stasiun Pekanbaru. Hal itu untuk memberikan informasi titik awan yang memiliki potensi hujan di sekitaran wilayah karhutla.

“Pesawat Cassa akan membawa garam dan ditaburkan di awan yang berpontesi hujan. Diharapkan hujan turun,” sambungnya.

Selain itu, dikatakan Ronny, telah ada dua helikopter bantuan kendali operasi (BKO) dari TNI AU jenis Puma dan dari TNI AD jenis Helibel yang diperbantukan sebagai alat transportasi untuk melakukan pemadaman kebakaran lahan. Sedangkan untuk penggunaan pesawat Hercules masih dalam pengkajian.

“Dalam waktu dekat, akan datang dua helikopter lagi untuk melakukan water bombing,” paparnya.

Kadis Ops Lanud Roesmin Nurjadin, Kolonel Pnb Jajang Setiawan menambahkan, operasi hujan buatan menindaklanjuti instruksi dari Panglima TNI dan berkoordinasi dengan BNPB. Hal ini telah dilakukan selama dua hari.

“Dilakukan sejak Selasa lalu dengan menyemai garam sebanyak 6.000 kg. Hari ini (kemarin, red) sebanyak 8.000 kg garam,” papar Jajang.

Dijelaskannya, penyemaian garam untuk hujan buatan dilakukan tidak melihat waktu pagi, siang maupun sore hari. Melainkan, melihat potensi-potensi awan yang memungkinkan awan hujan melalui satelit. Selain itu, penyemaian garam dilakukan di wilayah yang mendekati hot spot atau daerah-daerah yang rawan serta tengah mengalami karhutla. Saat ini, untuk titik penyemaian garam dilakukan di wilayah yang mengalami kebakaran lahan seperti di Dumai, Pulau Rupat Bengkalis, Siak, Pelalawan dan Kabupaten Meranti. Operasi hujan buatan itu akan terus berlanjut sesuai instruksi pimpinan dengan melihat perkembangan cuaca.

“Stok garam ada sekitar 12.500 kg. Dalam dua hari ke depan akan datang garam sebanyak 10 ton,” jelas Jajang.

Sementara itu Pemerintah Provinsi Riau akan mendapatkan bantuan berupa satu unit helikopter berkapasitas 5 ribu liter air saat melakukan water bombing. Helikopter itu merupakan bantuan dari BNPB, pascapenetapan status siaga darurat bencana karhutla di Riau.  “Kemungkinan besok (hari ini, red) helikopter berkapasitas 5 ribu liter air tersebut sudah sampai di Pekanbaru. Dengan bantuan itu diharapkan dapat cepat membantu proses pemadaman karhutla di Riau,” ujar Gubernur Riau H Syamsuar saat rapat koordinasi satuan tugas posko komando penanganan darurat bencana karhutla lahan di Provinsi Riau tahun 2019 bertempat di Lanud Roesmin Nurjadin.

Lebih lanjut dikatakannya, saat ini helikopter yang sudah digunakan untuk mendukung proses pemadaman yakni helikopter jenis Super Puma dan Bel milik TNI. Kemudian juga ada helikopter milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta bantuan helikopter milik perusahaan swasta.

“Selain helikopter, juga ada pesawat Cassa yang digunakan untuk melakukan modifikasi cuaca oleh tim satgas bersama BMKG Pekanbaru. Modifikasi cuaca dengan penyemaian garam sudah dilakukan di Kecamatan Rupat,” sebutnya.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Raffles Brotestes Panjaitan MSc yang juga hadir pada acara itu mengatakan, pihaknya saat ini terus berupaya bagaimana mengatasi karhutla dengan cepat sehingga api tidak semakin membesar.

“Kenapa tiga tahun belakangan ini Riau berhasil mengatasi karhutla, karena penanganannya cepat. Untuk itu, penetapan status siaga darurat bencana karhutla di Riau ini sudah tepat,” katanya.

Dengan penetapan status tersebut, menurutnya karhutla di Riau akan cepat bisa segera diatasi. Karena, selain mengandalkan kekuatan daerah, pemerintah pusat juga siap untuk memberikan dukungan baik dana dan peralatan.

“Keberhasilan tahun ini ya karena faktor penanganan yang cepat itu. Tahun ini kita lakukan lagi hal yang sama, tentu dengan partisipasi dari semua pihak,” sebutnya.

Menurut Rafles, karhutla di Riau saat ini banyak disebabkan oleh masyarakat yang membuka lahan dengan cara dibakar. Karena, dari analisisnya, sekering apapun lahan gambut di Riau, jika tidak dibakar maka kemungkinan untuk terbakar sangat minim karena di bawah gambut tersebut masih basah.

“Jadi kebakaran itu gara-gara api ada yang menyulut. Karena karakter gambut di Riau ini basah, beda dengan di luar negeri seperti Australia dan Amerika tanamannya banyak mengandung minyak. Jadi kalau dibilang faktor alam, saya kira hanya 1 persen, sisanya karena ada yang menyulut api,” sebutnya.

Karhutla Masih Menyala, Sumber Air Susah

Meskipun telah dibantu 100 personel Yon Armed Kostrad, namun upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Kecamatan Rupat belum berhasil. Kesulitan sumber air menjadi salah satu faktor utama yang menghambat pemadaman karhutla yang kemarin (27/2) memasuki hari ke-15. Akibatnya di beberapa titik kebakaran kian meluas.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook