Perbedaan Jangan Dijadikan Perpecahan

Riau | Selasa, 27 Juni 2023 - 11:10 WIB

Perbedaan Jangan Dijadikan Perpecahan
Ketua MUI Riau Prof Dr H Ilyas Husti MA (ISTIMEWA)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau mengimbau agar umat Islam tidak memperdebatkan atau mempermasalahkan perbedaan penetapan Hari Raya Iduladha 1444 Hijriyah yang terjadi antara pemerintah dengan Muhammadiyah. Ya, pemerintah menetapkan Iduladha 1444 H jatuh pada 29 Juni. Sedangkan Muhammadiyah pada 28 Juni 2023.

“Saya mengimbau kepada masyarakat terutama di Provinsi Riau, jangan jadikan perbedaan ini suatu perpecahan, tetapi sikapi ini suatu rahmat yang harus kita syukuri. Perbedaan pendapat itu sudah lama terjadi mulai dari pada masa nabi hingga sampai saat ini,’’ ujar Ketua MUI Riau Prof Dr H Ilyas Husti MA, Senin (26/6).


Dikatakan Ilyas, umat Islam di Indonesia termasuk jumlah yang terbesar di dunia. ‘’Kita (Indonesia) ini nomor 1 dan nomor 2 Pakistan. Tentu dengan banyaknya penganut Islam, di situ ada namanya tokoh-tokoh.

Ketika menyikapi suatu persoalan, kadang-kadang bisa serentak, bisa sama, bisa sepakat, tapi kadang-kadang bisa berbeda,’’ ujarnya.

Lebih lanjut Ilyas mengatakan ini tidak hanya terjadi di kalangan umat Islam di Indonesia, tetapi juga terjadi pada masa-masa dahulu, termasuk pada masa nabi. “Maka, di situlah Nabi mengatakan bahwa perbedaan pendapat itu membawa rahmat, tetapi bukan yang masalah prinsip. Belajar dari situ maka di Indonesia tidak asing lagi, termasuk dalam menentukan Iduladha maupun Idulfitri,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, yang diharapkan oleh umat Islam itu adalah sama sehingga spirit dalam berhari raya itu akan lebih terasa jika tidak ada berbeda.

“Walaupun kita berbeda ada Rabu (28/6) dan Kamis (29/6), kalau menurut saya ini rahmat yang harus kita syukuri,” ucapnya.

Bagaimana cara mensyukuri yaitu saling menghargai. Karena dengan saling menghargai itu nanti akan muncul kebersamaan, kekompakan, kesejukan, keamanan dan kenyamanan. ‘’Kami berharap tetap menjaga ketertiban. Jangan sampai nanti dengan perbedaan itu ada gangguan sosial karena Islam itu saling menyelamatkan, saling menghargai, saling menghormati antara satu dengan yang lain,’’ ujarnya.

“Jadi, kita bentengi saudara-saudara kita nanti yang Salat Iduladha lebih dulu sehingga mereka merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan ibadah. Nah, bagi yang hari raya Kamis tentu kita harapkan juga untuk saling menjaga. Jangan sampai putus silaturahmi sehingga bisa melaksanakan hari raya dengan tenang, aman, nyaman dan sejuk,” terangnya.

“Boleh kita berbeda argumentasi, kemudian menentukan sikap. Tetapi jangan sampai berbeda organisasi dan sikap itu sampai mengganggu ketenteraman dan keamanan. In sya Allah, mudah-mudahan Iduladha tahun ini dapat berjalan dengan aman, nyaman, damai dalam kerangka berbeda tetapi tetap satu. Itulah yang kita tuju, Indonesia hebat,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua MUI Pekanbaru, Prof Dr H Akbarizan MA MPd juga mengimbau agar masyarakat khususnya umat Islam tidak memperdebatkan adanya perbedaan ini. “Jadi tak usah kita berdebat karena gara-gara adanya perbedaan itu,” ujarnya.

Dijelaskannya, perbedaan Iduladha itu karena perbedaan awal bulan, jadi berlebaran tetap pada 10 Zulhijah. Tetapi 10 Zulhijah itu berdasarkan cara mereka menentukan bulan. “Jadi saya mengimbau tetaplah kita berhari raya sesuai dengan apa yang menurut kita yakini,” ujarnya.

Di tempat terpisah, Kepala Kantor Kementerian (Kanwil) Agama (Kemenag) Provinsi Riau Dr H Mahyudin MA menilai adanya perbedaan penetapan 1 Zulhijah merupakan suatu rahmad. ‘’Jangan saling menyalahkan antara satu dengan yang lainnya. Menjaga persatuan serta kesatuan sesama umat Islam jauh lebih penting,’’ ujarnya, Senin (26/6).

Menurutnya, perbedaan penetapan tersebut tentunya memiliki dasar yang kuat dan dipercaya. Sehingga diperlukan untuk menyikapinya dengan secara positif dan tidak perlu saling merasa benar atau menyalahkan yang lainnya.

“Terjadinya perbedaan penetapan 1 Zulhijah karena masing-masing itu memiliki dasar yang bisa dipercaya. Oleh karena itu, tentu menyikapi ini kami sangat berharap kepada umat Islam untuk tidak saling menyalahkan antara satu dengan yang lain. Perbedaan penetapan tersebut merupakan rahmad,’’ ujarnya.

“Intinya supaya bagaimana menjaga persatuan dan kesatuan. Jadikan perbedaan ini sebagai rahmad untuk tidak menyalahkan satu dengan yang lainnya. Sehingga persatuan dan kesatuan, kekompakan sesama umat Islam jauh lebih penting daripada saling menyalahkan antara satu dengan yang lainnya,” tuturnya.

PW Muhammadiyah Riau Siapkan 121 Lokasi Salat Id
Sementara itu, Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Riau menyiapkan 121 lokasi pelaksanaan Salat Iduladha pada Rabu (28/6). Jumlah ini tersebar di 12 kabupaten/kota di Riau.

Ketua PW Muhammadiyah Riau Hendri Sayuti mengatakan, tidak menutup kemungkinan akan ada penambahan lokasi Salat Iduladha  lainnya yang disiapkan oleh masyarakat.

“Kami mengajak umat muslim yang berkeyakinan kalau tanggal 10 Zulhijah jatuh pada 28 Juni 2023 untuk sama-sama melaksanakan Salat Id di tempat yang telah disediakan,” ajaknya.

Dalam kesempatan tersebut, pihaknya juga mengimbau agar masyarakat tetap saling menghargai. “Kita tentunya harus tetap menghormati dan menghargai umat muslim lainnya yang melakukan Salat Id di waktu yang berbeda,” imbaunya.

Terkait pelaksanaan penyembelihan hewan kurban, pihaknya juga mengimbau bagi masjid yang di wilayahnya ada warga selain Muhammadiyah untuk melakukan penyembelihan pada Kamis (29/6). “Karena itu, mari tetap menghargai umat muslim yang melaksanakan Salat Id di waktu yang berbeda,” ujarnya.(dof/ilo/sol)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook