RIAUPOS.CO - Perbedaan dalam menetapkan jatuhnya Hari Raya Iduladha sering kali terjadi antara Muhammadiyah dan Pemerintah. Pada Iduladha tahun ini Muhammadiyah menetapkan jatuh pada 28 Juni. Sementara Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) terlebih dahulu akan melakukan sidang Isbat penentuan awal Zulhijah 1444 H.
Menanggapi hal tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau mengimbau kepada masyarakat khususnya umat Islam agar menjadikan perbedaan itu untuk saling menghargai dan menghormati dalam perbedaan penetapan jatuhnya Hari Raya Iduladha 1444 H.
Ketua MUI Riau Prof Dr H Ilyas Husti MA mengatakan, keberagaman dan kemajemukan di Indonesia ini merupakan suatu hal yang tidak ada di tempat yang lain (negara lain). Tetapi perbedaan pendapat di Indonesia tidak pernah menjurus kepada permusuhan, perpecahan. Tetapi perbedaan itu selalu ada dan perlu saling menghormati serta menghargai. Karena perbedaan itu bisa dikatakan sebagai suatu rahmat. Terkait Iduladha ini, keinginan sebagian besar umat Islam itu dapat dilaksanakan serentak agar bisa merasakan nikmatnya berhari Raya Iduladha.
“Saya memprediksi bahwa umat Islam di Indonesia ini menghendaki untuk berhari raya, baik itu Iduladha maupun idulfitri bisa dilaksanakan secara serentak atau sama sehingga bisa merasakan nikmatnya berhari raya,” ujar Prof Dr H Ilyas Husti MA kepada Riau Pos, Sabtu (17/6).
Tetapi dengan adanya perbedaan ini tentunya MUI Riau mengharapkan untuk saling menghargai perbedaan pendapat itu, dan jangan dijadikan ini sesuatu yang tidak lagi diperdebatkan panjang lebar. MUI juga berharap kepada pemerintah dan tokoh-tokoh agama agar bisa mencari jalan keluar agar ke depannya tidak ada lagi perbedaan.
Ditambahkannya, semua pihak percaya bahwa Indonesia adalah umat islam yang memiliki pengetahuan yang sangat bagus, sehingga apapun yang terjadi dalam perbedaan yang tidak bersifat substansi, selalu harus saling hormat-menghormati dan saling menghargai.
“Harapan saya, meskipun kita berbeda tetapi kita tetap satu, teguh dan tetap bersama dalam membangun Indonesia sehingga perbedaan tidak menimbulkan perpecahan di tengah-tengah masyarakat,” pungkasnya.(muh)
Laporan DOFI ISKANDAR, Pekanbaru