PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto SIP berkunjung ke Provinsi Riau untuk meninjau kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), Sabtu (23/2). Kedatangan orang nomor satu di jajaran TNI ini disambut oleh 26 titik api yang tersebar di beberapa kota/kabupaten di Bumi Lancang Kuning.
Dengan menggunakan pesawat milik TNI AU dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, Panglima bersama Pangdam I Bukit Barisan Mayor Jenderal M Sabrar Fadhilah tiba di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, sekitar pukul 10.30 WIB.
Hadi langsung disambut oleh Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution, Wakapolda Riau Brigjen Wahyu Widada, Danrem 031/Wira Bima Brigjen Inf Mohammad Fadjar, Danlanud Roesmin Nurjadin Marsma Pnb Rony Irianto Moningka dan Sekda Provinsi Riau Ahmad Hijazi.
Lalu, Panglima TNI bersama rombongan bergerak menuju ruang Pandawa, Baseop Main Aphrone Lanud Roemin Nurjadin untuk membahas Karhutla yang terjadi di wilayah Riau. Rapat yang berlangsung tertutup itu berjalan selama beberapa jam. Sekitar pukul 13.00 WIB, Hadi Tjahjanto beserta rombongan keluar dari ruangan guna meninjau wilayah yang mengalami Karhutla.
“Hari ini (kemarin, red) saya akan berangkat ke tiga tempat yang sesuai dengan laporan satelit memiliki potensi kebakaran yang tinggi yaitu Rohil, Dumai dan Rupat, Kabupaten Bengkalis,” ujar Hadi Tjahjanto di sela-sela akan menaiki Helikopter Caracal/HT-7206.
Disampaikan Hadi, kedatangannya ke Riau untuk menindaklanjuti instruksi Presiden Joko Widodo untuk memberikan penambahan kekuatan personel kepada pasukan yang tengah melakukan pemadaman api di beberapa daerah, terutama di Kabupaten Bengkalis.
“Oleh sebab itu saya segera meluncur ke Riau. Ini dalam rangka melihat secara langsung terkait dengan kebakaran hutan dan lahan,” terangnya.
Masih kata mantan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) itu, pada pelaksanaan rapat yang dilakukan, pihaknya memaparkan, ada tiga permasalahan yang segera ditindaklanjuti dalam penanggulangan Karhutla.
Pertama, sebut dia, peringatan dini Karhutla selama ini berdasarkan satelit. Sementara, satelit tersebut melaporkan titik api setelah enam jam terjadinya kebakaran lahan. “Misalkan kebakaran (lahan) terjadi pukul 7 pagi, diterima satelit enam jam kemudian. Sehingga setelah enam jam itu kebakaran sangat tinggi (meluas, red),” kata Hadi.
Permasalahan kedua, sambung Panglima TNI, jika telah diketahui titik apinya. Personel yang akan menuju lokasi kebakaran dihadapkan dengan kendala transportasi. Sedangkan yang ketiga, alat untuk memadamkan kebakaran lahan sangat terbatas jumlahnya.