DURI (RIAUPOS.CO) - Dalam beberapa tahun belakangan, kontribusi sektor minyak dan gas (migas) melalui dana bagi hasil untuk APBD Bengkalis memang mengalami penurunan. Tak hanya berpengaruh terhadap penerimaan daerah, penurunan peran sektor migas itu pun sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat. Terutama bagi kalangan buruh yang bergerak di sektor migas. Ini sangat dirasakan masyarakat, khususnya di Kota Duri, Kecamatan Mandau dan kawasan sekitarnya.
Sejak harga minyak anjlok, banyak buruh yang tak lagi bisa ditampung di sektor tersebut. Akibatnya, banyak yang menganggur dan hengkang dari daerah ini. Peredaran uang di Kota Duri khususnya semakin anjlok. Akibat lanjutannya, pasar pun lesu.
“Kini kita sadar bahwa ketergantungan kepada sektor migas tak bisa lagi terus dipertahankan. Rakyat bersama pemerintah perlu menggiatkan berbagai sektor lain di antaranya sektor pertanian,” kata Ir Marbet kepada Riau Pos, Kamis (21/3).
Menurut pengamat pertanian tempatan ini, guna menambal ketekoran akibat lesunya sektor migas di daerah ini, sektor pertanian terpadu harus diintensifkan mulai saat ini. “Saya yakin, sektor ini akan dilirik secara serius oleh Pemkab Bengkalis mulai tahun depan. Untuk itu, kita minta semua stake holder benar-benar serius pula untuk memajukan sektor tersebut,” kata Marbet.
Karena sektor pertanian identik dengan kawasan perdesaan, menurut Marbet, pembangunan desa mandiri berbasis pertanian harus menjadi prioritas utama. “Selama ini ketika kita masih dimanjakan sektor migas, kita lupa memajukan sektor pertanian. Ke depan ketinggalan itu harus dikejar. Potensi pertanian daerah ini tidaklah terlalu kalah dibanding daerah lain. Yang penting semua pihak serius. Kalau pun belum bisa swasembada pangan, paling tidak kita di daerah ini bisa mengurangi ketergantungan pada pasokan ba han pangan dari luar daerah. Saya yakin Pemkab Bengkalis akan mengupayakan itu. Mari kita dukung bersama,” pungkas Marbet.(ade/sda)