PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Pemerintah pusat menargetkan angka prevalensi stunting di tahun 2024 menjadi 14 persen. Sementara di Riau, angka prevalensi stunting saat ini mencapai 22,3 persen dan yang tertinggi di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) sebesar 29,7 persen.
Setelah Kabupaten Rohil, angka prevalensi stunting di Riau yang tinggi yakni di Kabupaten Indragiri Hilir sebesar 28,4 persen, Rokan Hulu 25,8 persen, Kampar 25,7 persen, Indragiri Hulu 23,6 persen, Kepulauan Meranti 23,3 persen, Kota Dumai 23 persen, Kuantan Singingi 22,4 persen, Bengkalis 21,9 persen, Pelalawan 21,2 persen, Siak 19 persen, dan Kota Pekanbaru 11,4 persen.
Gubernur Riau (Gubri) Drs H Syamsuar mengatakan, untuk terus menekan angka stunting di Riau diperlukan sinergisitas bersama dengan pemerintah kabupaten/kota serta menguatkan peran Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan kader Posyandu untuk mencapai target nasional.
“Untuk penanganan stunting perlu kerja sama dengan kabupaten/kota. Nanti kami juga akan kuatkan peran PKK dan Posyandu,” kata gubri.
Lebih lanjut dikatakannya, pihaknya juga sudah melakukan rapat bersama kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Riau dan instansi vertikal. Rapat tersebut juga membahas dalam rangka melakukan penanganan stunting agar tepat sasaran.
“Koordinasi semua sektor penting dilakukan agar penanganan stunting tepat sasaran dan termasuk penanganan kemiskinan ekstrem,” ujarnya.
Dalam pada itu, Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau SF Hariyanto, mengimbau kepada setiap instansi terkait tetap terus menyampaikan capaiannya agar aksi penurunan stunting dapat diketahui bersama.
“Apa permasalahan di lapangan disampaikan saja, dan akan dibahas bersama-sama. Artinya kita mengejar penurunan stunting ini nampak aksi yang kita laksanakan,” harapnya.(sol)