Sadri mengaku jika beberapa bulan lalu dirinya sempat menambah beberapa titik instalasi listrik di rumahnya. “Iya beberapa bulan ini saya ada tambah tiga stop kontak, sedotan air, dispenser dan alat pemasak nasi. ‘’Saya pasang sendiri,” katanya.
Menjawab kondisi itu, jajaran tenik PLN menawarkan Sadri untuk menggunakan meteran prabayar. Selain aman, ada beberapa keunggulan smart meter prabayar tersebut.
“ Ganti meter prabayar saja ya pak. Kalau meter prabayar sudah memiliki dua sensing arus; sensing di sisi fasa dan sensing di sisi netral. Apabila ada perbedaan arus di sisi fasa dan netral, atau instalasi bocor, dia memberikan tanda. Di LCD meter akan timbul gambar tangan,” ujar petugas PLN.
Sadri bersedia beralih menggunakan meteran prabayar. Setelah melalui proses singkat administrasi, tidak lama setelah itu meterannya diganti. Ternyata apa yang di klaim PLN benar, di layar smart meter yang baru dipasang timbul gambar tangan. PLN mencabut tiga titik instalasi yang ia pasang sebelumnya. Tiba-tiba gambar tangan di layar meteran prabayarnya hilang.
Dua bulan setelah itu, Riau Pos mendengar kabar jika pembelian token listrik prabayar miliknya sama dengan pemakaian normal tagihan listriknya beberapa bulan sebelum ini. “Terima kasih, pemakaian listrik saya sudah normal pak. Dalam satu bulan total token yang saya beli sama dengan total tagihan normal ketika saya pakai meteran lama itu,” ungkapnya.
Pembengkakan tagihan pemakaian listrik juga dialami warga Rintis, Kelurahan Selatpanjang Selatan, Awen. Pembengkakan terjadi pada tagihan Januari 2019 silam. Menurutnya ketika itu pembengkakan tagihan disebabkan atas history pemakaian dua bulan akhir 2018 yang tidak terekap oleh pihak PLN.
Diceritakan Awen, alasan pihak PLN ketika itu, petugas pencatatan angka kWh meter tidak bisa memasuki pekarangan rumahnya. Sehingga, angka pemakaian dua bulan tersebut dientri dengan angka pemakaian rata-rata.
“Akhir tahun 2018 saya liburan. Rumah saya kosong selama dua bulan. Jadi petugas tidak bisa masuk pekarangan rumah, karena berpagar tinggi, dan berkunci. Hasilnya mereka tidak bisa dapat angka stan meter atau pemakaian saya. Setelah saya komplain, ternyata mereka ekstimasi berdasarkan pemakaian rata-rata ketika pemakaian saja sedang normal,” ujarnya.
Solusi akhir dari PLN kepadanya untuk mengoreksi tagihan listriknya dengan syarat meteran rumahnya dimigrasikan ke meteran prabayar. “Akhirnya saya ganti prabayar. Tagihan rumah saya berubah normal,” ujarnya.
Lebih Baik Menggunakan Prabayar
Terpisah Kepala PT PLN (Pesero) Rayon Selatpanjang, Kepulauan Meranti, Jannatul Firdaus mengungkapkan kelebihan “si pintar” kWh meter prabayar atau smart meter, jika dibandingkan dengan meteran pascabayar.
Menurutnya kWh meter prabayar tidak ada beban listrik bulanan atau pun minimal pemakaian seperti meteran pascabayar yang digunakan oleh pelanggannya. Karena sifatnya yang dibayar di depan setelah itu baru dipakai. Otomatis setiap pelanggan tidak akan terkena biaya beban bulanan atau pun biaya keterlambatan tidak akan pernah ditagih.
Selain itu menurutnya lagi, kWh meter prabayar sudah menggunakan sistem digital. “Sudah tentu lebih akurat karena menggunakan sistem digital,” ujarnya. Selain itu menurut privasi pelanggan juga terjamin. Sebab tidak akan pernah dikunjungi petugas pencatat meter atau penagihan, jika terjadi keterlambatan bayar.
“Pemakaian juga lebih terkendali, karena diarahkan untuk berhemat listrik. Dengan menggunakan meter prabayar pelanggan bisa tau pemakaiannya setiap waktu. Karena di display menampilkan jumlah hitungan kWh di meter yang masih tersisa, sehingga jika dianggap penggunaan listrik telah terlampau banyak, pelanggan dapat melakukan penghematan pemakaian,” terangnya.
Tambahnya lagi, pada golongan tarif tertentu, umumnya daya 1.300 VA ke atas, tarif dasar antara PLN prabayar dan PLN pascabayar sama saja. “Jadi, daripada dikenai pemakaian minimum, pakai atau pun tidak, pelanggan tetap harus bayar. Makanya lebih baik menggunakan listrik prabayar,” ungkapnya.
Terlebih, jika instalasi listrik pelangan bermasalah, pada kWh meter prabayar ada indikator bahwa instalasi kabel dalam rumahnya bermasalah. Sehingga bisa menjaga rumah dari risiko kebakaran. Selain itu, pada kWh meter prabayar sudah dilengkapi dengan alarm di jika kWh sudah menunjukkan nilai 10 kWh maka alarm pada kWh meter akan berbunyi.
Artinya sebut Jannatul, jika alarm berbunyi menjadi tanda jika saldo token mulai sedikit dan ini meteran sangat cocok dipasang di kontrakan atau kost-kosan. “Pelangggan tidak perlu khawatir lagi penyewanya tidak membayar listrik yang menyebabkan listrik diputus dari pusat. Selain itu, penggunaan listrik prabayar dapat menguntungkan ketika tidak ada penghuni, tidak perlu mengisi pulsa listrik,” sebutnya.
Saat ini, jumlah pelanggan PT. PLN (Rayon) Selatpanjang, yang tersebar di Kepulauan Meranti 3,8067 pelanggan. Dari jumlah tersebut, yang menggunakan meteran prabayar terdapat 14.153 pelanggan. Sementara untuk jumlah pelanggan pascabayar sebesar 23.914.(gem)
Laporan WIRA SAPUTRA, Selatpanjang