Pelaksanaan vaksinasi massal pertama ini dilakukan khusus bagi kelas XI dan kelas XII. Sementara untuk kesal X pihaknya belum bisa memberikan karena baru mengikuti masa pengenalan sekolah.
"Untuk kelas X karena mereka baru kemarin mengikuti masa pengenalan sekolah, jadi kami fokuskan untuk kelas XI dan XII," kata Budi.
Sementara itu wajah takut disuntik terpancar dari salah seorang siswa SMAN 1, Naifag Anindya. Ia mengaku takut melihat jarum suntik yang terlihat tajam dan menempel di lengan sebelah kirinya. Bahkan sang ibu yang mengetahui dirinya fobia dengan jarum suntik akhirnya turun tangan untuk memeluknya agar tidak bergerak saat disuntik. "Iya takut sama jarumnya sih. Tapi demi kesehatan dan demi bisa belajar secara off line lagi ya harus ikut vaksinasi," kata Naifag.
Naifag juga mengajak teman-teman remaja seusianya untuk tidak takut menjalani vaksinasi Covid-19 guna meningkatkan imunitas dan terhindar dari virus itu. "Nggak perlu takutlah divaksin. Walaupun sakit seperti digigit semut tapi demi keselamatan dan kesehatan kita, ya harus ditahan," ujarnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Lidya. Orang tua Naifag ini mengaku setuju dengen pemerintah yang melakukan vaksinasi kepada remaja yang sangat rentan terhadap penularan Covid-19. Menurutnya, vaksinasi Covid-19 ini tak ubahnya seperti vaksinasi yang lain dan telah sering diikuti oleh anak bayi, balita dan remaja.
"Mereka ini kan sering berjumpa banyak orang. Ya memang harus ada yang membentenginya dengan vaksinasi ini. Lagi pula kan sama saja dengan vaksinasi yang lain, jadi nggak ada yang perlu ditakutilah. Tapi kita harus mendukung agar pandemi ini berakhir, " kata dia.
Sempat Ricuh, Bus Vaksin Keliling Hanya Layani 90 Peserta
Pemerintah Kota Pekanbaru terus melakukan vaksinasi menggunakan bus keliling di sejumlah lokasi di Kota Bertuah. Kali ini, Rabu (14/7) menjadi giliran RW 06 Jalan Marsan Kelurahan Sidomulyo Barat yang menjadi satu dari sepuluh lokasi vaksinasi madsal menggunakan bus vaksin keliling yang diperuntukkan untuk masyarakat yang ingin melalukan vaksinasi tahap kedua.
Namun akibat stok vaksin yang terbatas, setiap bus hanya mendapatkan 10 vial vaksin Covid-19 yang diperuntukkan untuk 100 orang peserta.
Warga yang antusias mengikuti vaksinasi dan terlihat dari jumlah pendaftaran yang sudah penuh sejak pagi hari mengaku kesal karena tiba-tiba jelang jam istirahat panitia mengumumkan stok vaksin sudah habis dan hanya mampu untuk melayani 90 orang saja.
Pantauan Riau Pos di lokasi, 10 orang yang telah mengantre dan mendapatkan nomor antrean dengan urutan 91 hingga 100 merasa kecewa dan mencoba memprotes panitia karena vaksin yang tidak tersedia untuk mereka. Karena telah menunggu sejak pagi dan sudah mendapat nomor antrean yang diberikan panitia.
"Ini pasti ada yang disisipkan sama panitianya. Karena orang yang nggak punya nomor antrean bisa masuk dan mendapatkan vaksinasi. Malah kami yang punya nomor antrean dari pagi nunggu dibilang nggak bisa, stok habis," kata Teguh salah seorang warga yang menunggu mendapatkan vaksinasi tahap pertama.
Menurut Teguh, seharusnya bila vaksinasi massal ini hanya diperuntukkan untuk masyarakat yang melakukan vaksinasi tahap kedua, panitia seharusnya dari pagi memberitahu kepada masyarakat. Sehingga tidak perlu mengantre terlalu lama. "Ini banyak kali yang diprioritaskan. Kami bukannya nggak tahu. Banyak orang sisipan yang dimasukkan. Ini yang membuat masyarakat itu malas melakukan vaksinasi. Karena hanya orang tertentu saja yang didulukan," ucapnya.