PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Provinsi Riau saat ini dihentikan sementara sejak 8 Mei lalu. Pasalnya, stok garam sebanyak 20 ton yang dikirimkan pemerintah pusat saat ini sudah habis.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau M Edy Afrizal melalui Kabid Kedaruratan Jim Gafur mengatakan, kegiatan TMC untuk membuat hujan buatan sudah dilakukan sejak bulan lalu. Dengan total garam yang sudah disemai sebanyak 20 ton.
"TMC sudah selesai dilakukan, terakhir tanggal 8 Mei lalu. Total sudah 20 sortie atau 20 ton garam. Saat ini dihentikan sementara sembari menunggu kiriman garam lagi," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, terkait stok garam tersebut, pihaknya sudah mengajukan kembali untuk melakukan TMC di Riau. Namun hingga saat ini belum ada informasi kapan garam untuk TMC dikirim ke Riau.
"Belum tau kapan akan dimulai lagi, kita masih menunggu operasi selanjutnya, karena yang melaksanakan TMC ini kan dari pusat, baik dari BNPB maupun dari KLHK," ujar Jim.
Saat ini tim terus melakukan pemantuan kondisi awan di Riau. Sebab untuk penyemaian garam di langit Riau harus ada awan yang potensial.
"Sedang dipantau tim, kalau ada awan yang potesial bisa langsung dilakukan TMC, rencananya TMC selanjutnya itu dari BRGM, tapi kita belum tau kapan dilaksanakan," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak membuka
lahan dengan cara membakar. Sebab kondisi cuaca di Riau yang cukup panas dan kering.
"Tidak hanya itu, kami juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak sembarangan membuang puntung rokok yang masih menyala bara apinya. Apalagi saat berada di kebun, tanah kosong atau di hutan," sebutnya.
Berdasarkan data dari BPBD Riau, sejak Januari sampai Mei 2023 ini, total sudah sekitar 400,56 hektare lahan di Riau yang terbakar. Dari total luasan lahan yang terbakar tersebut, Kabupaten Bengkalis menjadi daerah paling banyak terbakar, yakni dengan total 173,34 hektare.
Disusul Kota Dumai dengan luas 97,17 hektare dan Kabupaten Indragiri Hilir dengan 42,50 hektare. Kemudian Kabupaten Pelalawan dengan 31,18 hektare, Kabupaten Rohil 23 hektare, dan Siak 12 hektare.
Sementara, untuk daerah dengan kasus Karhutla dibawah 10 hektare adalah Kota Pekanbaru dengan 9,05 hektare, Kabupaten Meranti 8,50 hektare, Kampar 2,78 hektare, dan Inhu 0,65 hektar. Sementara, untuk daerah yang belum ditemukan Karhutla adalah Kuansing dan Rohul.(gem)