KEMENAG MINTA MADRASAH TETAP DARING

123 Sekolah Belajar Tatap Muka Bertahap

Riau | Senin, 08 Februari 2021 - 10:24 WIB

123 Sekolah Belajar Tatap Muka Bertahap

Selain ada rekomendasi dari tim Satgas Covid-19 setempat, juga harus ada persetujuan orang tua/wali peserta didik, dan sudah memenuhi daftar periksa kesiapan daftar tatap muka, pada laman dapodik. Pada pelaksanaan sekolah tatap muka terbatas tersebut, tetap harus menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Mulai dari jam belajar, jumlah siswa yang diperbolehkan masuk dalam satu hari, dan hal lainnya.

"Jadi pada intinya, pelaksanaan sekolah tatap muka sudah boleh dimulai. Tapi wajib ada rekomendasi dari Satgas Covid-19, dan kebijakan kepala daerah masing-masing," ujarnya.


Dari pelaksanaan sekolah tatap muka terbatas tersebut, pihaknya menilai berjalan dengan lancar dan tidak ditemukan kendala yang berarti. Karena pihaknya terus melakukan evaluasi secara berkala. "Alhamdulillah semua masih berjalan lancar sesuai dengan ketentuan pelaksanaan sekolah tatap muka terbatas. Mudah-mudahan daerah lain juga bisa segera melaksanakan hal serupa," sebutnya.

Pasien Positif Dirawat di Bawah Seribu Orang
Sejak penambahan jumlah pasien positif Covid-19 di Riau mengalami peningkatan signifikan pada akhir 2020 lalu. Saat ini penambahan pasien positif terus mengalami penurunan. Per Ahad (7/2), penambahan pasien positif sebanyak 93 orang. Dengan jumlah tersebut, total pasien positif Covid-19 di Riau sebanyak 29.521 orang. Namun, yang masih menjalani perawatan tinggal 984 orang atau tidak sampai seribu pasien lagi.

"Dari total pasien yang masih menjalani perawatan, 612 di antaranya menjalani isolasi mandiri, sedangkan yang dirawat di rumah sakit 372 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Riau, Mimi Yuliani Nazir.

Lebih lanjut dikatakannya, kemarin juga terdapat penambahan 77 pasien positif Covid-19 yang dinyatakan sembuh. Dengan demikian, total pasien yang sudah sembuh di Riau sebanyak 27.830 orang. "Untuk kabar dukanya, juga masih terdapat penambahan tiga pasien yang meninggal dunia. Dengan demikian, total yang meninggal dunia akibat Covid-19 di Riau sebanyak 707 orang," paparnya.

Mimi merincikan, tiga pasien yang meninggal dunia tersebut yakni SH (62) warga Kota Pekanbaru, M (55) warga Kabupaten Indragiri Hilir, dan EZ (60) warga Kabupaten Indragiri Hulu.

"Untuk informasi lainnya, hingga saat ini laboratorium biomoleluker RSUD Arifin Achmad di Pekanbaru sudah memeriksa sampel swab pasien sebanyak 219.640 spesimen," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut Mimi juga mengingatkan kepada masyarakat untuk dapat terus menerapkan protokol kesehatan. Meskipun saat ini jumlah pasien positif yang sembuh terus meningkat. "Penyebaran Covid-19 harus bisa ditekan secara bersama-sama, meksipun saat ini sudah ada vaksin. Untuk itu protokol kesehatan harus tetap dijalankan. Utamanya menggunakan masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan," imbaunya.

Madrasah Tetap PJJ
Pemerintah daerah diberi kelonggaran untuk membuka sekolah tatap muka. Namun Kementerian Agama (Kemenag) meminta madrasah di semua jenjang untuk tetap menjalankan pembelajaran daring dari rumah. Di antara pertimbangannya kasus Covid-19 saat ini cenderung naik drastis.

Seperti diketahui sejak Januari lalu atau awal semester genap tahun pelajaran 2020/2021 pemerintah pusat memberikan keleluasaan pemerintah daerah membuka kembali sekolah tatap muka. Di antara pertimbangannya adalah mengurangi dampak negatif pendidikan jarak jauh (PJJ).

Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Ali Ramdhani mengatakan madrasah di lingkungan Kemenag saat ini masih berstatus belajar daring atau PJJ. Ketentuan ini berlaku untuk seluruh jenjang madrasah. Mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA).

Pejabat yang akrab disapa Dhani itu mengakui menurut sejumlah laporan hasil penelitian, pembelajaran dari rumah atau PJJ menimbulkan dampak negatif kepada siswa. Di antaranya adalah gangguan psikososial yang dialami para siswa. Dampak negatif ini diantaranya muncul karena anak kurang berinteraksi dengan guru, teman, dan lingkungan sekitar.

Selain itu ditambah tekanan akibat sulitnya transformasi atau menyerap pelajaran membuat anak didik menjadi stres. Belum lagi jika ada guru yang cenderung memberikan banyak tugas kepada siswa saat melakoni PJJ di tengah pandemi. Selain itu siswa selama belajar dari rumah juga berpotensi stress karena kekerasan dari orang tuanya.

Untuk mengatasi dampak tersebut, Dhani menjelaskan Kemenag sudah menyiapkan kurikulum darurat.  "Sebenarnya (kurikulum darurat, red) ini sudah disiapkan tahun lalu. Dan semakin relevan saat pandemi menunjukkan grafik naik drastis," katanya, Ahad (7/2).

Dalam kondisi darurat di tengah pandemi, pembelajaran tidak bisa berjalan normal. Sehingga diperlukan kurikulum darurat yang menyesuaikan kondisi di sekolah maupun kemampuan siswa. Dhani mengatakan dalam kurikulum darurat itu, pembelajaran menekankan pada pengembangan karakter, akhlak mulia, dan kemandirian siswa. Sementara untuk pemenuhan aspek kompetensi dasar maupun inti, tetap mendapatkan perhatian tetapi dalam kadar atau skala tertentu.

Dhani mengatakan sampai sekarang belum bisa dipastikan pandemi Covid-19 berjalan sampai kapan. Untuk itu dia meminta seluruh madrasah untuk terus memahami dan menerapkan kurikulum darurat tersebut dengan baik. Sehingga siswa tidak mengalami dampak negatif pelaksanaan PJJ seperti stress berlebih atau gejala psikososial lainnya.(ali/sol/wan/jpg/ted)

Laporan: TIM RIAU POS (Pekanbaru)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook