PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Daftar jemaah calon haji (JCH) Riau yang harus dirujuk di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah bertambah, Ahad (11/6). Dua JCH Riau Kelompok Terbang (Kloter) 9 BTH terpaksa dirawat karena didiagnosa demensia dan serangan jantung. Keduanya atas nama Parinah Said Sawi Roji dan Achmad Idria Sitanggang.
“Dua jemaah kita tersebut atas nama Parinah Said Sawi Roji (57) dengan nomor paspor C8987116 didiagnosa demensia. Sedangkan jemaah Achmad Idria Sitanggang (65) dengan nomor paspor E2812539 didiagnosa serangan jantung. Mari kita doakan semoga jemaah ini segera sembuh dan dapat menunaikan rangkaian hajinya,” ujar Ketua Kloter 9 BTH, Taufik kepada Riau Pos, Ahad (11/6).
Demensia adalah suatu kondisi menurunnya cara berpikir dan daya ingat seseorang yang biasanya terjadi pada lansia (usia 65 tahun ke atas).
Kondisi ini pun dapat memengaruhi gaya hidup, aktivitas sehari-hari, hingga kemampuan bersosialisasi penderitanya. Kondisi menurunnya daya ingat ini biasanya disebut juga dengan penyakit pikun (pelupa).
Taufik menyebutkan sampai pada hari kelima berada di Kota Makkah, secara umum sebanyak 368 JCH Kloter 9 BTH berada dalam keadaan sehat dan menunggu waktu puncak ibadah haji.
”Jemaah saat ini melaksanakan ibadah di musala sekitar hotel atau di Masjidilharam, meninjau pemotongan DAM, dan ziarah ke beberapa tempat,” tambahnya.
Selain itu, sebagian JCH lainnya melaksanakan salah fardu dan rangkaian ibadah sunah lainnya di Masjidilharam. Hal itu disampaikan JCH Kloter 9 BTH, Deni Angke Supriadi. “Lansia disarankan salat di hotel mereka menginap. Sekarang ada kegiatan pemantapan manasik haji yang dilakukan petugas haji di maktab jemaah ditempatkan. Tujuannya untuk memberikan pemahaman ibadah haji sebaik-baiknya dan dengan pelaksanaan semudah-mudahanya,” sebutnya.
Lebih lanjut Deni mengatakan, suhu di Tanah Suci saat ini sangat panas, mencapai dari dari 41 derajat celcius. “Karena kondisi suhu di Tanah Suci di antara 40-41 derajat celcius, maka saat puncak haji nanti diprediksi bisa sampai lebih 45 derajat celcius,” terangnya.
Ditambahkan Deni, para jemaah juga mendapatkan pelayanan yang baik selama ini oleh pihak petugas. “Alhamdulillah pelayanan yang diberikan petugas haji yang mewakili pemerintah dirasakan baik sekali. Baik pelayanan kesehatan dan lainnya. Jemaah terlayani dengan baik oleh petugas baik hotel-hotel juga,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Riau, Dr H Mahyudin MA kembali berpesan kepada JCH Riau untuk tidak memaksakan diri dalam beribadah. Suhu saat ini kisaran 40-43 derajat celcius dan tidak tahu keadaan cuaca pada saat puncak pelaksanaan haji nantinya.
‘’Kepada jemaah diimbau agar tidak memaksakan ibadah sebelum puncak haji. Saat Armuzna, JCH harus memiliki stamina dan kondisi fisik yang strong and solid, serta prima. Rajin mengonsumsi air minum. Jangan sampai kelelahan dan dehidrasi,’’ ujarnya.
‘’Selama puncak haji tidak ada bus dan fasilitas transpor lainnya. Jemaah lebih banyak berjalan kaki. Oleh karena itu setiap saat jemaah disarankan banyak mengonsumsi air, jangan sampai kekurangan cairan dan ikuti arahan petugas kesehatan,’’ tambahnya.
Seiring semakin dekatnya bulan Zulhijah, JCH yang tiba di Makkah kian banyak, termasuk diantaranya dari Indonesia. Kementerian Agama (Kemenag) menyebutkan, hingga 10 Juni pukul 24.00 WIB total sudah ada 118 ribu lebih JCH tiba di Arab Saudi. Ada yang masih di Madinah, ada punya yang sudah di Makkah.
Dengan kondisi tersebut, situasi di Masjidilharam semakin padat. Salah satu kegiatan jemaah di Masjidilharam adalah melakukan umrah. Rangkaian kegiatan ibadah umrah salah satunya adalah sa’i. Yaitu berjalan cepat atau lari-lari kecil dari bukit Safa ke Marwa. Lokasinya masih di dalam kompleks Masjidilharam, tidak jauh dari Ka’bah.
Kepala Biro Perencanaan Kemenag Ramadhan Harisman menyampaikan imbauan kepada jemaah yang akan melaksanakan sa’I bahkan ibadah haji, termasuk umrah, memerlukan ketahanan fisik. Bagi jemaah yang masuk kategori risiko tinggi atau lanjut usia, tetap bisa menjalankan ibadah umrahnya dengan baik. ’’Terutama saat Sa’i,’’ katanya, Ahad (11/6).
Dia lantas membagikan sejumlah tips atau anjuran supaya pelaksanaan sa’i berjalan dengan aman. Dia mengatakan JCH bisa menggunakan metode istirahat-istirahat. Harisman menjelaskan jarak antara Safa ke Marwa sekitar 400 meter. Sehingga dalam satu putaran, Safa ke Marwa sekitar 800 meter atau hampir 1 km. ’’Saat berjalan dari Safa ke Marwa, sejenak berhenti, istirahat dulu. Bisa diisi dengan berdoa dua menit,’’ katanya.
Dengan istirahat tersebut, jemaah bisa menurunkan denyut nadinya sebentar. Intinya metode istirahat-istirahat itu memberikan kesempatan jantung beristirahat dan tidak terlalu terforsir. ’’Kemudian jalan lagi, setiap putaran harus beristirahat,’’ katanya.
Dengan cara tersebut, pelaksanaan sa’i yang terdiri dari tujuh kali perjalanan tersebut, bisa agak lama. Tetapi aman untuk kesehatan jemaah. Kepada JCH yang masih muda dan sehat, diharapkan mendampingi jemaah risti dan lansia. Supaya mereka tidak tertinggal dengan kelompoknya saat melakukan sa’i.
Bagi JCH yang memiliki riwayat penyakit jantung atau penyakit paru obstruktif kronis, disarankan melakoni sa’i dengan menggunakan kursi roda. Sebab JCH dengan rekam jejak kesehatan seperti itu rawan terhadap serangan jantung.(ilo/wan/jpg)