PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - KABAR duka kembali menerpa tenaga kesehatan di Kabupaten Kampar, Riau. Setelah dr Oki Alfin meninggal dunia dalam kondisi terkonfirmasi positif Covid-19, kemarin dr Jon Andi Zainal juga meninggal karena Covid-19. Sama halnya seperti dr Oki, dr Jon juga pejuang penanggulangan Covid-19 yang bertugas di garis depan.
Direktur RSUD Arifin Achmad dr Nuzelly Husnedi MARS mengatakan, dr Jon meninggal dunia pada Kamis (24/9) pukul 14.45 WIB setelah dirawat selama lima hari di ruang ICU RSUD Arifin Achmad.
"Dokter Jhon Andi Zainal berasal dari Air Tiris Kampar, dia sempat dirawat selama lima hari di ICU," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, dr Jon selain menderita Covid 19 juga memiliki penyakit penyerta yakni penyakit gula. Terkait riwayat perjalanannya, pihak RSUD mengaku belum mengetahui secara pasti.
"Almarhum belum diketahui riwayat perjalanannya, dan belum tahu apakah menangani Covid-19 atau tidak, yang bersangkutan dokter puskesmas," sebutnya.
Sebelumnya, satu dokter di Riau juga meninggal dunia akibat Covid-19. Dokter tersebut yakni Oki Alvin yang juga merupakan dokter yang sehari-harinya bertugas di Puskesmas Gunung Sahilan Kabupaten Kampar. Dokter Oki meninggal pada Sabtu (12/9) lalu.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kampar Dedy Sambudi menyebutkan, Jon merupakan warga asli Penyesawan terpapar Covid-19 dari pasien yang ditanganinya. Virus begitu cepat bereaksi pada dokter kelahiran 1985 silam itu.
"Hari ini (kemarin, red) satu lagi tenaga kesehatan kami meninggal dunia. Atas nama pemerintah dan seluruh tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Kampar, kami mengucapkan bela sungkawa dan berduka cita sedalam-dalamnya atas berpulangnya dr Jon Andi Zainal," sebut Dedy lewat sambungan telepon.
Saat menjawab telepon dari wartawan, Dedy sedang di jalan menuju Kampar dari Pekanbaru, mengantarkan jenazah Jon. Dedy menyebutkan, almarhum terkenal sebagai dokter yang berdedikasi tinggi dan tidak pernah lelah membantu pemerintah menanggulangi pasien Covid-19.
"Beliau adalah salah satu tenaga kesehatan terbaik kami. Baru tahun lalu menjadi pendamping keberangkatan haji ke Tanah Suci. Saya pribadi merasa sedih dan kehilangan. Karena beliau ini merupakan dokter yang punya komitmen tinggi. Di tengah kesibukan semua, dia tidak pernah mengeluh. Yang terakhir saya ingat adalah senyumnya. Dia selalu senyum walaupun tugasnya berat," sebut Dedy.
Atas meninggalnya dokter kedua, dan kedua-duanya merupakan anak jati Kampar, Dedy meminta tenaga kesehatan lain agar lebih hati-hati dan lebih cekatan dalam menangani pasien Covid-19. Dua dokter itu sendiri terpapar karena pasien Covid-19. Namun yang paling utama, kata Dedy, adalah kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan.
"Kami, para tenaga kesehatan, memang selalu siap menghadapi ini. Tapi masyarakatlah yang harus lebih hati-hati dan terus menerapkan protokol kesehatan. Pemerintah sangat concern terhadap pandemi ini, bahkan Pak Bupati kita sudah menerbitkan Perbup tentang Pendisiplinan Protokol Kesehatan. Mari sama-sama kita patuhi. Sayangilah diri Anda dan keluarga Anda," pesan Dedy yang dulu mengawali karir sebagai perawat ini.
Perhimpunan Ahli Epidemiologi (PAEI) Riau, turut prihatin dengan terus bertambahnya tenaga kesehatan yang meninggal dunia akibat Covid-19 di Riau. Hingga saat ini, sudah ada tiga tenaga kesehatan yang meninggal terdiri dari dua dokter dan satu perawat. Ketua PAEI Riau, dr Wildan Asfan Hasibuan mengatakan, dengan terus bertambahnya tenaga kesehatan yang meninggal dunia tersebut, sudah seharusnya pihak Dinas Kesehatan (Diskes) setempat dan juga Diskes Riau segera mengambil tindakan.
"Kami dari PAEI prihatin dengan banyaknya tenaga kesehatan yang tertular Covid-19 dan sudah tiga yang meninggal di Riau. Khusus Kampar paling banyak puskesmas yang tutup yakni 13 dan dua dokter meninggal," kata dr Wildan kepada Riau Pos, Kamis (24/9).
Dengan kondisi seperti, pihaknya meminta Diskes melakukan audit penyebab penularan ini bersama organisasi profesi agar penularan di fasilitas layanan kesehatan bisa dikurangi atau dicegah. Karena ada beberapa faktor yang kemungkinan mempengaruhi.
"Faktor yang memungkinkan mempengaruhi yakni, tata ruang pelayanan termasuk ventilasi, alur pelayanan, skrining dan triase di pintu depan. Kemudian, pemisahan alur dan layanan pasien infeksi dan noninfeksi," ujarnya.
"Selain itu juga ada faktor ketersediaan tempat cuci tangan pakai sabun dan praktik jaga jarak di ruang tunggu yang mungkin belum diterapkan. Perilaku petugas yang belum melakukan SOP pencegahan dan pengendalian infeksi. Serta ketersediaan APD, desinfektan, dan bahan pendukung lainnya," sambungnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir menginformasikan adanya penambahan 231 pasien positif Covid-19 di Riau per hari Kamis (24/9). Dengan demikian, total pasien positif Covid-19 di Riau saat ini sebanyak 6.120 orang.
"Dari jumlah tersebut, 2.771 sembuh, 126 orang meninggal dunia dan yang masih menjalani isolasi mandiri sebanyak 2.361 dan yang dirawat dirumah sakit 862 orang," paparnya.
300 Warga Binaan Lapas Perempuan Belum Di-Swab
Penularan Covid-19 terjadi di Lapas Perempuan Kota Pekanbaru. Tiga pegawai terdeteksi positif. 300-an orang lainnya warga binaan di sana belum dilakukan tes swab. Padahal, permintaan sudah diajukan sejak lima hari lalu. Dijelaskan Kepala Pengamanan Lapas Perempuan Pekanbaru Ema didampingi Ina Kurniasi Perawat Lapas Perempuan saat dikonfirmasi Riau Pos, Kamis (24/9), adanya pegawai yang positif diketahui dari tes yang dilakukan. "Ada yang satu suspect pegawai kami. Setelah dicek ternyata dia positif," jelasnya.
Dari pegawai yang positif ini, kemudian dilakukan pelacakan siapa saja kontak erat dan orang-orang yang pernah berhubungan langsung dengan yang bersangkutan. "Karena belum ada bantuan dari mana-mana, karena kita takut juga dengan kesehatan kita, kita swab mandirilah pegawai. Terus kita karena dana tidak memadai, kita ambil sampel dari masing-masing yang sudah kontak dengan pegawai itu dari swab mandiri tambah 2 lagi positif. Mandiri ini pegawai dan napi ada sekitar 20 orang," paparnya.
Saat ini sambungnya warga binaan masih banyak yang belum diperiksa status kesehatannya pasca ada pegawai yang positif.
"Ada 300 lagi (warga binaan, red) yang belum. Itulah yang kami khawatirkan. Sekarang kami lakukan penanganan berjemur pagi, memberikan makanan bergizi, vitamin C, berikan telur dan buah. Kerja juga pegawai pakai APD lengkap," ungkapnya.
Terpisah, Plh Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dr Zaini Rizaldy saat dikonfirmasi menyebut pihaknya akan menurunkan petugas ke sana.
"Nanti kami akan datang. Kami akan jelaskan juga secara resmi seperti apa penanganan Covid-19 sekarang," jelasnya.