PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Hingga Rabu (6/2), kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terjadi. Banyak titik yang sudah bisa dipadamkan dan hanya tinggal proses pendinginan. Tapi, ada juga titik api yang bermunculan. Di antaranya di Pelalawan dan Kepulauan Meranti. Maka, pemadaman terus dilakukan, salah satunya dengan cara water bombing melalui udara. Helikopter milik KLHK, BNPB dan swasta pun masih terus berseliweran di langit Riau.
Siang kemarin, bersama tim KLHK, Riau Pos dan beberapa media lain masih turut melakukan pemantauan di udara saat pulang dari arah Dumai ke Pekanbaru dengan menggunakan heli Bell 412. Bekas lahan terbakar kembali terlihat seperti waktu berangkat ke Dumai sehari sebelumnya. Di antara bekas lahan terbakar itu, masih ada juga api yang terlihat. Tepatnya di Talang Mandau, Tasik Serai, Kabupaten Bengkalis. Sebuah helikopter terlihat melakukan water bombing di titik api itu.
‘’Hari ini (kemarin, red), water bombing fokus dilakukan di empat titik, yakni di Talang Mandau Tasik Serai Kabupaten Bengkalis, Tanjung Pranap Kabupaten Kepulauan Meranti, Pematang Duku Bengkalis, dan Lubuk Umbut Sungai Mandau Kabupaten Siak. Banyak yang sudah kita padamkan apinya, tapi ada juga yang masih muncul di tempat baru seperti di Pelalawan dan Kepulauan Meranti. Untuk Manggala Agni, penanganan masih dilakukan kesatuan masing-masing,’’ ujar Koordinator Manggala Agni Riau, Edwin Putra.
Jika water bombing dilakukan dari udara, pemadaman dan proses pendinginan melalui jalur darat juga terus dilakukan. Tim Manggala Agni, di Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis misalnya, setiap hari melakukan pendinginan. Ditambah patroli di lokasi bekas kebakaran setiap malam dan pagi agar api tidak merambat ke desa lainnya. Di Rupat, patroli api juga dilakukan. Sudah empat desa dan dua kelurahan yang terbakar di sana, yakni Desa Kebumen, Teluk Lecah, Sri Tanjung, Sukarjo Mesim, Kelurahan Bergam dan Kelurahan Terkul.
Komandan Regu Manggala Agni Kota Dumai yang sedang bertugas di lapangan, Abdul Muthalib menyebutkan, api besar berada di Kelurahan Terkul. Meski api sudah padam, tapi arah angin selalu ke barat yakni menuju Desa Batu Panjang atau setelah Kelurahan Terkul. Maka, perbatasan inilah yang harus dikawal setiap hari.
‘’Api memang sudah padam. Tapi, yang kita khawatirkan sisa api dalam sekam yang sewaktu-waktu bisa muncul. Inilah yang harus dijaga agar tidak merambat ke desa lain,’’ katanya kepada Riau Pos yang juga menginap di barak penginapan di Kelurahan Terkul, Selasa malam.
Direktur Pengendalian Karhutla KLHK, Raffles B Panjaitan, menyebutkan, kondisi karhutla di Riau saat ini memang termasuk yang terbesar, tapi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jauh berkurang. Penanganan baik yang dilakukan melalui udara mau pun darat oleh tim Manggala Agni, BNPB, swasta maupun yang lainnya juga terus dilakukan bersama-sama.
‘’Semua kekuatan dikerahkan untuk penanganan dan pengendalian karhutla di Riau. Semua sudah kami siapkan, helikopter water bombing juga sudah standby di Pekanbaru sejak beberapa hari lalu dan setiap hari keliling melakukan water bombing. Koordinasi lintas instansi juga terus kita lakukan. Kami juga berharap masyarakat turut membantu proses ini sebisanya. Jangan lagi membakar,’’ harap Raffles siang kemarin di Pekanbaru.