TEMBILAHAN (RIAUPOS.CO) - Pascakonflik harimau dengan manusia di Hutan Sungai Rawa, Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, teman korban satu profesi mengalami trauma yang dalam. Adi Kurniadi mengaku kejadian tersebut sempat membuat panik mereka yang saat itu berada dalam lokasi yang sama. Peristiwa itu diharapkannya tidak terjadi di masa-masa mendatang.
“Kami tak pernah mengira peristiwa ini akan terjadi. Karena sebelumnya juga tidak pernah terjadi,” kata Adi, Selasa (5/3).
Bekerja di hutan mencari kayu memang merupakan profesi Adi dan warga lain. Termasuk korban Mardian. Aktivitas itu sudah mereka jalani sejak lama. Mencari kayu yang diolah menjadi papan sebagai bahan pembuat perahu. Dalam keadaan normal mereka bisa berada di hutan 15 hingga 30 hari. Kondisi itu juga bisa berubah. Kadang-kadang tergantung dengan ketersediaan bahan makanan yang mereka bawa selama berada dalam hutan.
“Kalau stok makanan sudah mulai menipis, kami keluar hutan membeli,” jelas Adi sambil mengatakan hanya 2 sampai 3 hari saja mereka kemudian masuk ke hutan lagi.
Adi kembali menyinggung peristiwa penyerangan harimau terhadap temannya Mardian. 10 hari sebelum itu, di antara mereka sempat melihat seekor harimau sumatera dewasa di sekitar lokasi. Namun kejadian itu dangat cepat, harimau itu kemudian menghilang.
Camat Gaung Nurmansyah menjelaskan, konflik harimau dengan manusia di daerah itu merupakan pertama kali. Agar tidak terulang kembali, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat, terkait lokasi mana yang merupakan daerah terlarang.
“Minimal ada batasannya. Mana saja tempat yang boleh dimasuki manusia, mana yang tidak boleh. Karena menurut saya, hutan memang tempat binatang buas hidup dan berkembang biak,” ujarnya.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono mengatakan, berdasarkan informasi awal dari timnya di lokasi, tempat kejadian penyerangan harimau tersebut berada di hutan produksi landskap Suaka Margasatwa Kerumutan. Namun untuk informasi pastinya, pihaknya masih menunggu laporan dari tim yang masih berada di lokasi dan belum bisa dilakukan komunikasi karena keterbatasan sinyal telepon seluler.
“Kemungkinan besar BBKSDA Riau tidak akan mengambil tindakan untuk melakukan evakuasi terhadap satwa yang diperkirakan adalah harimau sumatera yang menyerang warga. Karena memang habitatnya di sana sehingga tidak mungkin diambil,” katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk itu pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan penebangan liar di dalam kawasan hutan. Karena tempat terjadinya serangan itu adalah kawasan habitat binatang yang dilindungi itu.
“Kami minta warga tidak beraktivitas di sekitar lokasi kejadian tersebut. Apalagi melakukan penebangan kayu. Karena di sana adalah habitat harimau dan aktivitas penebangan kayu juga dilarang di sana,” imbaunya.(ind/sol)