Korban Harimau Pura-Pura Mati

Riau | Selasa, 05 Maret 2019 - 10:25 WIB

Korban Harimau Pura-Pura Mati
DIRAWAT: Korban serangan harimau di Sungai Rawa, Mardian saat dirawat di RSUD Tembilahan, Senin (4/3/2019). (INDRA EFFENDI/RIAU POS)

TEMBILAHAN (RIAUPOS.CO) - Mardian, warga Desa Pungkat, Kecamatan Gaung itu menderita luka cukup parah pada beberapa bagian tubuh saat diserang harimau di hutan Sungai Rawa, Sabtu (2/3) lalu. Serangan pertama harimau mengenai bahu kiri korban dan korban langsung terjatuh berada di bawah harimau. Di saat itu pula harimau sumatera dewasa itu mencakar beberapa bagian kepala korban. Dalam kondisi tertekan, korban masih sempat melakukan perlawanan dengan cara menendang harimau. Hanya saja korban kalah kuat dengan binatang buas itu. Sehingga perlawanan korban belum maksimal. Harimau itu tetap mencakar-cakar tubuh korban yang sudah tidak berdaya.

Menurut Edi, salah seorang rekan korban, saat kejadian dia tidak langsung berhadapan dengan binatang buas yang sedang menerkam korban. Hanya saja Edi, mendengar suara teriakan Mardian meminta tolong.

Baca Juga :Resah, Ternak Warga Kuansing Diserang Hewan Buas

“Begitu sampai ke lokasi, saya melihat korban sudah tergeletak tidak bergerak. Di sekitar itu juga ada saudara Bujang,” cerita Edi, kepada wartawan, kemarin.

Saat itu, ujar Edi, korban, Bujang dan Nahar berjalan menuju kamp, tempat mereka beristirahat. Namun baru beberapa menit setelah itu korban yang berjalan paling belakang diserang binatang buas tersebut. Bujang dan Nahar berusaha mencari bantuan. Nahar, langsung berlari ke arah Edi berada. Sementara Bujang, masih mengawasi korban yang dalam pengawasan harimau. Tak lama kemudian, Edi dan Nahar datang ke lokasi dengan membawa parang dan chainsaw. Melihat kondisi itu, akhirnya harimau lari meninggakan korban.

“Korban sempat pura-pura mati agar harimau itu tidak menyerangnya kembali,” tutur Edi sambil menceritakan, dia, Bujang dan Nahar memberanikan diri menghalau harimau yang berada di samping Mardian.

Ketika Edi dan Bujang berusaha menghalau, harimau sempat menyerang Bujang. Hanya saja tidak sampai melukai, karena baju yang dikenakan Bujang cukup tebal. Dalam keadaan takut, mereka berusaha meninggalkan lokasi itu. Bahkan, dijelaskan Edi, harimau itu sempat mengikuti mereka sampai beberapa meter. Entah bagaimana akhirnya harimau tersebut menghilang di tengah rimbun hutan Sungai Rawa.

Camat Gaung Nurmansyah, menjelaskan konflik harimau dengan manusia sudah pernah terjadi pada beberapa daerah. Hanya saja, kali ini peristiwa tersebut terjadi dan dialami warganya yang sedang bekerja di hutan.

“Peristiwa ini cukup membuat heboh. Hanya saja lokasinya di hutan, tempat harimau itu hidup dan berkembang,” jawab Numansyah.

Berdasarkan komunikasi  Nurmansyah dengan pihak BKSDA, harimau itu tidak bisa ditangkap. Sebab, lokasi kejadian merupakan hutan. Hanya saja, pihak BKSDA tetap turun ke lokasi dengan menyiapkan penembak jitu.

“Hari ini (Senin, red) yang perlu kita lakukan, salah satunya mensosialisasikan kepada warga agar selalu waspada dan tidak memasuki tempat di mana harimau hidup dan berkembang,” ujar mantan Camat Gaung Anak Serka (GAS) ini.

Kapolres Inhil AKBP Cristian Rony Putra mengatakan, pihaknya telah memerintahkan Kapolsek Gaung untuk melakukan koordinasi dan membentuk tim tiga pilar, baik melibatkan kecamatan setempat maupun pihak BKSDA.

“Masyarakat jangan lagi mendekati lokasi itu,” tegasnya.

Sama halnya dengan Bupati Inhil HM Wardan, melalui kewenangannya akan berkoordinasi dengan pihak terkait. Terutama Pemerintahan Provinsi (Pemrov) Riau. Sehingga ke depan tidak ada lagi masyarakat yang menjadi korban serangan binatang buas.

“Masyarakat harus lebih berhati-hati. Apalagi bagi mereka yang berada di hutan dan tempat-tempat rawan. Utamakan keselamatan,” ujar Wardan.

Tim BBKSDA Pastikan Lokasi Penyerangan Harimau

Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau saat ini masih di lokasi untuk memastikan titik koordinat penyerangan harimau terhadap warga di Inhil. Kepala BBKSDA Riau, Suharyono mengatakan, sebelum mendatangi lokasi kejadian penyerangan tersebut, timnya bersama aparat setempat melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak beraktivitas di hutan sementara waktu ini.

“Setelah memberikan pengarahan kepada masyarakat, tim kemudian langsung menuju lokasi kejadian. Tujuannya untuk memastikan lokasi kejadiannya ini berada di kawasan apa, seperti di kawasan hutan atau bukan,” katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, dari hasil kajian peta dasar kawasan hutan yang berada di Provinsi Riau, hampir bisa dipastikan lokasi kejadian tersebut berada di landscape Suaka Margasatwa (SM) Kerumutan. Artinya, belum tentu lokasi itu adalah kawasan hutan SM Kerumutan.

“Saya katakan seperti itu, karena tujuh jam dari desa menuju ke arah perbatasan Kabupaten Pelalawan tidak ada tanah milik. Atau di dalam peta itu tidak ada warna putih, semua adanya warna kuning dan warna  ungu. Kalau warna kuning itu artinya hutan produksi, kalau warna ungu berarti hutan konservasi,” jelasnya.(ind/sol)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook