Selamat Datang Syamsuar-Edy, Selamat Datang Pemimpin Baru Riau

Riau | Senin, 02 Juli 2018 - 11:29 WIB

Selamat Datang Syamsuar-Edy, Selamat Datang Pemimpin Baru Riau

Oleh: Bagus Santoso, Mahasiswa S3 Ilmu Politik, Praktisi Politik dan Anggota DPRD Riau

MERUPAKAN kelaziman setiap kompetisi atau pertandingan selalu ada yang jadi pemenang dan pasti ada yang  kalah. Dalam pilkada serentak yang baru saja usai digelar di beberapa daerah di Indonesia termasuk di Riau juga membuat hasil serupa.

Pilkada sebagai momen pertama untuk pendidikan politik, kedua sirkulasi elite politik, dan ketiga sebagai syarat legitimasi produk politik. Helat Pilkada serentak untuk menentukan dan memilih pemimpin selama lima tahun ke depan sudah selesai. Hasilnya yang kalah harus lapang dada pemenangnya berhak menduduki kursi singgasana.

Baca Juga :Stok Beras di Bengkalis Mencukupi

Mengucapkan selamat datang dan tahniah pemimpin baru Riau, pasangan Syamsuar-Edy Nasution. Sesungguhnya, siapa pun pemimpin baru yang telah dipercaya oleh rakyat, bermakna berada pada garda terdepan untuk maju dan mundurnya pembangunan daerah.

Prof Lili Romli, dosen Ilmu Politik Unas Jakarta mengatakan fakta yang terungkap di era otonomi daerah, pesatnya pembangunan daerah sangat ditentukan oleh kehebatan kepala daerahnya. Begitu kegagalan dan kemunduran daerah juga terletak pada cara pemimpin daerah menakhodainya. Otonomi daerah menjadi peluang gubernur, wali kota dan bupati membuktikan kepiawaian sebagai pemimpin terpilih dalam memberikan yang terhebat bagi masyarakatnya.

Sang pemimpin harus bisa bertransformasi bersama rakyatnya. Karena, bagaimana pun juga, pemimpin merupakan sosok yang penting dan memiliki pengaruh besar dalam upaya memajukan sebuah daerah. Pemimpin harus bernyali, berjiwa pemberani dan tidak boleh hanya diam dalam zona nyaman di tengah berbagai tantangan gemuruhnya pembangunan.

Mesti diingat dan dicatat, bahwa tidak tertutup juga kemungkinan seorang pemimpin akan kemaruk sehingga menyeret rakyatnya ke jurang derita. David John Beynon, seorang CEO Tokio Marine Insurance Indonesia mengatakan pembusukan dan kerusakan yang terjadi pada sebuah masyarakat, organisasi atau suatu lembaga biasanya diawali oleh rusaknya mentalitas dan moralitas pemimpinnya.

Namun seiring proses demokrasi di Indonesia masyarakat tak lagi mencemaskan jikalau pemimpin kemaruk dan berkinerja buruk. Rakyat semakin cerdas untuk menentukan pilihannya, dan rata- rata pemimpin yang mengecewakan rakyat akan memberikan punisment (hukuman) dengan tidak akan mencoblos lagi alias tumbang diterjang “badai” tangan alam.

Seorang pemimpin sejati adalah pemimpin yang inklusif. Ia mesti terbuka dengan sesama di sekitar. Keterbukaan tersebut selanjutnya dibuktikan melalui kepekaan sosial terhadap apa yang terjadi di sekitar. Selain bersikap inklusif, seorang pemimpin juga harus bersikap humanis, yang melihat dan menjadikan rakyat sebagai subjek dalam pembangunan, bukan sebagai objek.

Steve Jobs pernah menuturkan  seorang pemimpin harus membuat hati orang bernyanyi . Bernyanyi dalam pengertian Jobs adalah kesejahteraan, kebahagiaan dan kecerdasan. Setidaknya hal ini juga yang menjadi harapan dari seluruh rakyat. Harapan hadirnya pemimpin yang berpihak pada masyarakat adalah dampak lanjutan dari kegalauan terhadap aneka macam problem daerah dan hantu krisis di negara saat ini.

Rakyat mengharapkan pemimpin yang melakukan pembaharuan, bertransformasi bersama mewujudkan cita-cita mulia. Pemimpin yang melakukan restorasi dalam tubuh birokrasi bukan menyuburkan nepotisme mengubur profesionalisme, menghapus aneka macam kebijakan yang tidak prorakyat,  bukan malah mengecewakan rakyat dengan menghapus atau membatalkan program kegiatan yang sudah nyata karena menilai tidak ada keuntungan bagi kelompoknya.

Pemimpin haruslah berhati rakyat. Artinya, memposisikan dan menempatkan diri bersama rakyat. Baginya, jabatan ditatap sebagai panggilan untuk melakukan perubahan. Memang, sejatinya, gerakan menuju perubahan tidak tergantung pada seorang pemimpin saja. Ia  hanya sebatas penggerak sekaligus motivator. Kekuatan yang paling utama adalah kekompakan sekaligus penguatan sistem kontrol.

Jika harapan akan perubahan didasarkan pada kobaran semangat kebersamaan, maka perjuangan untuk mencapai perubahan tersebut harus dijiwai oleh semangat maju bersama sukses untuk semua. Dengan demikian,  upaya melahirkan perubahan bukan lagi hanya tergantung pada aku atau dia, melainkan pada kita semua.

Coblosan dalam suasana lebaran memang membawa berkah. Pilkada Riau berjalan sejuk dan penuh kedamaian. Tiga pasangan Lukman Edy - Hardianto, Firdaus - Rusli, Arsyadjuliandi - Suyatno dengan ikhlas mengucapkan tahniah kepada pasangan Syamsuar - Edy yang menurut hitungan akan memenangkan pertandingan.

Syamsuar-Edy membalasnya dengan sepenuh hati mengaturkan sembah dan menyusun jari sepuluh mengucapkan terima kasih atas ucapan selamat dari ketiga pasangan lawan mainnya. Sesunguhnya, bagi Syamsuar-Edy sebagaimana pernyataanya yang beredar di media sosial  ucapan dari lawan politiknya adalah sikap negarawan para pelaku utama dalam pesta demokrasi di Riau. Karenanya, sebagai resam sesama anak Melayu Riau, sebagai sahabat dekat, Syamsuar mengajak bersama, bersatu, bergandeng tangan untuk membawa Riau ke pulau harapan dan kesejahteraan bagi semua orang.

Sebagaimana yang terkandung pada pantun dari Syamsuar;

Tarik sorong mengetam papan,

papan diketam Pak Cik Leman,

Mari  kita bergandeng tangan

membangun Riau maju ke depan.

Tari zapin rentak melayu,

Rentak langkah hitung sembilan,

Pesta Pilkada telahpun berlalu, Khilaf dan salah mohon di maafkan.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook