Pada PSBM yang diperpanjang dan diperluas, ada dua SK yang ditandatangani Wali Kota (Wako) Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT. Yakni, SK 521/2020 tentang perpanjangan di Kecamatan Tampan dan SK 526/2020 tentang pemberlakuan PSBM di tiga kecamatan lain. "Tadi (kemarin, red) kami sampaikan kondisi kemarin dan kesiapan di tiga kecamatan. Pemprov mendukung sepenuhnya," imbuhnya.
Dukungan Pemprov Riau, sambungnya adalah dengan memerintahkan dinas teknis di tingkat provinsi mem-backup dinas teknis di tingkat kota.
"Jadi nanti dinas teknis kita langsung berkoordinasi dengan dinas teknis di provinsi. Misalnya diskes kita perlu apa langsung koordinasi dengan diskes provinsi," paparnya.
Di sisi lain, niat Pemerintah Pemprov Riau mempercepat proses pemeriksaan sampel swab dengan meminta bantuan alat PCR dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum bisa terwujud. Pasalnya, BNPB terpaksa harus menunda pengiriman alat PCR ke Riau dikarenakan alat pendukung untuk pemeriksaan sampel swab, yakni reagen habis.
"Sebenarnya BNPB sudah siap membantu menyediakan PCR, tapi sekarang reagen pula yang kurang. Kami sudah pesan reagen melalui rumah sakit juga untuk membantu di daerah-daerah yang zona merah, tapi belum terpenuhi juga," kata Gubri.
Terkait hal itu, ujar Gubri, pihaknya sudah berusaha untuk meminta bantuan berbagai pihak termasuk pihak swasta. Karena jika nantinya alat PCR sudah banyak di Riau, akan mempercepat proses pemeriksaan sampel swab dan juga tracing kontak pasien positif.
"Jadi kendala sekarang ini memang terkait reagen, dan saya sudah menyampaikan ke BNPB. Kalau nantinya penambahan PCR terwujud, akan membantu pemeriksaan sample swab. Jadi jika ada penemuan kasus baru di daerah, tracing kontaknya bisa lebih cepat," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, keterlambatan pengiriman alat PCR dari BNPB memang dikarenakan kekurangan alat reagen. Karena pihak BNPB akan mengirim alat PCR secara lengkap termasuk peralatan pendukung seperti reagen.
"Untuk alat PCR dari BNPB tersebut, memang masih terkendala reagen. Jadi belum bisa dikirim ke Riau. Pihak BNPB juga sedang berusaha memenuhi reagen. Kalau untuk stok di Riau, hingga saat ini masih ada," katanya.
Lebih lanjut dikatakan Mimi, setelah semua peralatan lengkap. Barulah pihak BNPB akan mengirimkan alat PCR ke Riau. Sembari menunggu alat PCR tersebut, pihaknya saat ini terus menyiapkan sarana pendukung termasuk tenaga kesehatan yang akan mengoperasikan alat PCR.
"Dari hasil komunikasi terakhir kami dengan pihak BNPB, kemungkinan pada Oktober semua peralatan sudah tersedia dan paling lambat November alatnya sudah dikirimkan ke Riau. Total ada enam alat PCR bantuan BNPB, dua unit untuk di Pekanbaru, dua unit di Kabupaten Siak dan dan unit di kota Dumai," jelasnya.
Dalam kesempatan itu Mimi juga menginformasikan adanya penambahan 352 pasien positif Covid-19 per hari Rabu (30/9). Dengan demikian, total pasien positif Covid-19 di Riau saat ini mencapai 7.662 pasien. "Dari jumlah tersebut, pasien positif Covid-19 yang dinyatakan sembuh ada 3.849 orang. Sedangkan yang meninggal dunia ada 159 orang," paparnya.
Sementara itu, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang meninggal dunia akan mendapatkan santunan dari pemerintah sebesar Rp15 juta. Santunan ini bersumber dari anggaran yang disiapkan oleh Kementerian Sosial. Hal ini disampaikan Asisten I Sekretariat Daerah Kota (Setdako) Pekanbaru Drs H Azwan MSi. "Kemensos juga memberikan bantuan bagi korban Covid-19. Bisa dapat santunan Rp15 juta per orang," ungkapnya.
Santunan akan diberikan jika memang pasien meninggal dunia itu memenuhi syarat yang ditetapkan. "Semua korban Covid yang meninggal dibantu Rp15 juta," tutupnya.(yus/sol/ali/ted)
Laporan: TIM RIAU POS (Pekanbaru)