JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Posisi Fahri Hamzah di kursi pimpinan DPR RI kini goyah. Loyalis mantan Ketua DPR Setya Novanto yang selalu pasang badan jika Setya disalahkan, kemungkinan besar akan diganti oleh partainya. Ini terjadi melihat gelagat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mulai merapat ke pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menanggapi hal itu, anggota Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid mengatakan urusan pergantian Fahri sepenuhnya kewenangan Presiden PKS, Sohibul Iman. Andai pun tahu siapa yang akan menggantikan Fahri, Hidayat menyatakan tak berhak mengungkapnya.
"Saya tak mau bicarakan rumor yang belum pasti. Lagipula itu urusaan Presiden PKS, sehingga kalaupun saya tahu, saya tidak akan menjawab hal itu. Jika pun ada pergantian maka yang berhak menyampaikan, yah presiden," kata Hidayat Nur Wahid, saat dihubungi, Senin (4/1).
Lebih lanjut, Hidayat membantah bahwa jika ada pergantian posisi Wakil Ketua DPR dari Fraksi PKS karena tekanan dari eksternal seperti pemerintahan. PKS dalam pengalamannya tak mempan ditekan dari luar, sehingga apapun keputusan itu baik mengganti atau tidak, maka itu karena memang satu hal yang perlu dilakukan.
"Ditekan seperti apapun, dari pengalaman PKS tidak akan mempan. Apapun keputusan yang diambil, maka itu memang karena perlu diambil. Untuk itu yang bisa menjawab hanya presiden, saya tidak berhak menjawab," jelasnya.
Sementara itu pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Muhammad Budyatna mengatakan, Fahri merupakan sosok yang selalu vokal, baik ketika PKS berada dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan.
"Dari dulu Fahri itu vokal. Ketika era SBY, Fahri pun dikenal vokal, namun karena dia dikenal sebagai orangnya Anis Matta, dia aman. Tapi sekarang penguasanya lain, sehingga kevokalan dia akan berdampak pada posisinya sebagai Wakil Ketua DPR," kata Muhammad Budyatna saat dihubungi JPNN terpisah.