Debat kandidat tahap pertama calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan telah berlangsung Sabtu (7/11) siang. Agenda itu disiarkan langsung stasiun televisi swasta. Sejumlah pengamat menilai debat tersebut menjadi milik pasangan nomor 1 Akhyar-Salman. Sementara pasangan Bobby-Aulia terlihat kelabakan sejak awal.
(RIAUPOS.CO) - Saat dialog sesi pertama saja, Akhyar dan Salman begitu lugas menyampaikan visi misi selama tiga menit. Tapi giliran Bobby dan Aulia yang diberi kesempatan, mereka kebingungan menyampaikan visi misinya. Yang terjadi, keduanya menyerang soal jalan raya dan program Pemerintah Kota Medan.
Bobby lantas menuding Medan adalah kota metropolitan semu. ”Medan menjadi kota metropolitan semu,” kata Bobby dalam debat publik perdana Pilkada Medan yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu.
Pernyataan Bobby itu membuat banyak warga yang menonton bingung melihat sikap mereka. ”Diminta menyampaikan visi misi, tapi kok dia menyampaikan hal lain yang tidak relevan dengan pertanyaan. Jadi visi misinya tidak jelas,” kata Amiruddin, seorang pengusaha yang menonton acara tersebut melalui livestream.
Bobby juga terlihat begitu bersemangat menyampaikan kritik soal minimnya UMKM di Medan yang menerapkan digitalisasi dalam sistem marketing-nya. Menurut Bobby, pada masa pandemi Covid-19, banyak UKM dan UMKM yang tiarap, sehingga sistem marketing digital sangat diperlukan. ”Di Kota Medan hari ini, terutama sektor UMKM, belum ada digitalisasi,” ujar Bobby.
Akhyar langsung menampik tuduhan itu. ”Saya sudah melakukan pengecekan di lapangan, bertemu sejumlah UMKM yang membuat masker contohnya. Saya ingin membeli masker buatan mereka, tapi mereka tidak bisa menjualnya kepada saya, karena semua produk mereka sudah laku. Pembelinya ada dari luar Sumut. Lalu saya tanya, bagaimana menjualnya kok sampai dibeli orang dari luar Sumut? Mereka bilang kalau penjualannya sudah menggunakan sistem online,” kata Akhyar.
Fakta-fakta itu, kata Akhyar, membuktikan kalau sektor UMKM di Medan sudah melek digital. Bahkan sekarang sudah ada jasa menyediakan kebutuhan rumah tangga, seperti bahan-bahan masakan secara online, seperti start up Raja Sayur.
”Makanya kalau UMKM di Medan dikatakan belum menerapkan sistem digital, itu salah besar,” tegas Akhyar.
Dia yakin, ke depan usaha berbasis digital di Medan akan semakin berkembang.
Begitu juga saat Akhyar dan Salman bertanya soal pandangan Bobby-Aulia mengenai Undang-Undang Cipta atau Omnibus Law yang mengancam kewenangan pemerintah daerah karena diambil pusat. Pertanyaan itu tidak mau dijawab Bobby dan Aulia dengan tegas.
Menantu Presiden Jokowi itu hanya mengatakan bahwa Medan merupakan bagian dari NKRI. ”Oleh karena itu, Pemko Medan pun perlu sejalan dengan pemerintah pusat,” ujar Bobby.
Pakar komunitas politik Universitas Sumatera Utara (USU) Syakhyan Asmara menilai, debat itu masih bersifat pemanasan. Hanya saja menurut dia, pasangan nomor Akhyar-Salman lebih menguasai substansi sehingga mampu menawarkan gagasan yang konkret dan solutif.
Untuk pasangan Bobby dan Aulia, lanjut dia, lebih banyak mengulas hal-hal yang sifatnya makro tanpa didukung data yang kuat. ”Mungkin debat ke depan, Bobby dan Aulia perlu menguasai data yang lengkap. Kalau hanya sekadar wacana, mereka akan kalah dengan Akhyar Nasution yang lebih menguasai lapangan,” kata Syakhyan.
Debat tahap kedua akan berlangsung 21 November, sedangkan debat ketiga pada 5 Desember.***
Laporan RPG, Medan