Praktis penguatan sentimen itu mendapat tempat. Sehingga intensitas terhadap Islam sebagai sebuah agama, umat dan komunitas sosial semakin tinggi. Barat yang telah mencapai suatu bangunan peradaban yang tinggi dengan modal kapitalisme dan imperialisme, menganggap peradaban mereka adalah superior dan Islam adalah inferior.
Dalam pandangan Barat, Islam adalah agama teroris, terkebelakang dan tidak beradab. Islam tidak lagi dilihat sebagai agama yang menawarkan kemuliaan, ketinggian, keharmonisan dan kebersamaan.
Terlepas dari permusuhan itu, yang jelas dunia telah memecah Islam menjadi dua dimensi asumsi. Pertama, Islam dalam dimensi keselamatan dan keamanan. Kedua, Islam dalam wujud terorisme. Dimensi Islam dalam bentuk kedua ini benar-benar telah mengakar dalam benak sebagian besar masyarakat Barat, Eropa dan segelintir masyarakat Asia. Mereka melihat Islam adalah terorisme.
Terorisme yang mereka tuduhkan terhadap Islam tersebut pada dasarnya merupakan pembajakan terhadap nilai ajaran jihad dalam Islam. Bom-bom yang diledakkan dengan jelas menunjukkan ideologi kekerasan yang dililitkan dengan keagungan ajaran agama Islam. Islam oleh pengusung ideologi terorisme, dijadikan sebagai legitimasi teologis dan justifikasi untuk kekerasan yang mereka lakukan.
Kasus bom bunuh diri dan deretan pemboman lain di wilayah nusantara dengan kentalnya sentimen agama dalam lima tahun terakhir, selalu berakar pada konsep 'jihad' di dalam Islam. Jihad kerap diartikan sebagai perjuangan fisik yang berbuntut pada penghalalan atas penyerangan, kekerasan, bahkan permusuhan terhadap pihak lain. Sebenarnya, terorisme dalam bentuk yang ultim seperti kasus bom bunuh diri, hanyalah sisi parsial dari ekstremisme beragama.
Bila Islam dilihat dari terorisme, maka Islam bukan lagi Islam yang berasal dari kata aslama yang berarti keselamatan. Tetapi Islam yang berasal dari azlama yang berarti aniaya dan kegelapan. Pada akhirnya kata ini akan merujuk pada kekejaman, kekerasan dan kebencian. Bila Islam telah dipandang berasal dari kata azlama ini, maka bunyi Islam telah berubah.
Islam bukan lagi berbunyi Islam tetapi berbunyi Izlam, yang sesuai dengan asal katanya, azlama. Orang yang menganut paham izlam ini disebut muzlim. Bunyi izhlam dan muzhlim itu, tidak dapat dipungkiri memiliki bunyi sangat mirip dengan bunyi Islam itu sendiri. Sangat tipis perbedaan bunyi kedua kata ini.