DR JUNAIDI SS MHUM (REKTOR UNILAK)

Peningkatan Kualitas Diri

Petuah Ramadan | Senin, 11 April 2022 - 11:40 WIB

Peningkatan Kualitas Diri
Dr Junaidi SS MHum (Rektor Unilak) (ISTIMEWA)

Allah SWT telah menyediakan Ramadan secara khusus bagi umat Islam. Ayat Alquran, hadis, pendapat ulama, dan kisah-kisah tauladan telah menegaskan pentingnya Ramadan bagi umat Islam. Berbagai amalan dilipatgandakan pada Ramadan dan pintu penyucian diri pun terbuka sebesar-besarnya bagi umat Islam.  

Pahala yang berlipat ganda dan semangat penyucian yang terkandung dalam Ramadan telah mendorong umat Islam untuk meningkatkan ibadah. Kegiatan keagamaan sangat marak pada Ramadan. Nuansa keberagamaan benar-benar dibangun selama Ramadan. Simbol-simbol ketakwaan dieksploitasi untuk menciptakan nuansa ketakwaan.


Puasa dapat meningkatkan kualitas diri seseorang secara berkelanjutan menuju kemuliaan. Keberhasilan puasa tidak hanya dilihat pada Ramadan tetapi keberhasilan puasa akan lebih terlihat dengan jelas setelah Ramadan dalam berbagai aspek kehidupan.

Allah SWT sengaja menyediakan Ramadan setiap tahun agar proses peningkatan kualitas diri terus terjadi dalam diri manusia. Namun, pemaknaan puasa Ramadan tidak boleh hanya sekadar menjalankan rutinitas seperti menahan lapar, Salat Tarawih, berbuka bersama, sahur dan perayaan Idulfitri.

Dalam puasa terkandung makna yang sangat mendalam untuk kebaikan manusia. Puasa menguatkan hubungan vertikal manusia dengan Tuhan dan hubungan horizontal manusia dengan sesama manusia. Ibadah yang kita lakukan harus semakin berkualitas, apalagi setelah Ramadan.

Beribadah jangan asal-asalan. Ibadah tidak hanya sebatas ritual untuk menggugurkan kewajiban, tetapi ibadah harus mencapai hakikatnya. Pada Ramadan kita biasanya berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah.

Dalam berpuasa terkandung makna pengendalian diri. Kita memang dilatih untuk mengendalikan diri. Saat puasa kita tidak boleh makan dan minum di siang hari. Meskipun ada makanan di depan kita, kita tidak boleh memakannya. Dalam kehidupan manusia di masyarakat, pengendalian diri sangat penting.

Berbagai persoalan yang dihadapi manusia disebabkan oleh kegagalan dalam pengendalian diri atau hawa nafsu. Pengendalian diri dalam Ramadan dapat melawan perilaku konsumtif. Perbuatan caci-mencaci, hina-menghina dan fitnah-memfitnah di media sosial dapat dicegah jika kita mampu mengendalikan diri.

Namun kenyataannya setiap Ramadan kita lebih konsumtif dan meskipun kita berpuasa, kebiasaan menyebar fitnah di media sosial tetap kita lakukan. Kita harus terus berjuang untuk mengendalikan diri. Jika kita berhasil mengendalikan diri selama Ramadan, maka setelah Ramadan kita akan menjadi insan yang lebih baik dan memberikan dampak positif dalam kehidupan sosial.

Janji pahala yang berlipat dalam Ramadan mendorong kita untuk memperbanyak dan memperdalam ibadah. Ibadah Ramadan tidak hanya meningkatkan hubungan spiritual manusia dengan Tuhan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan sosial antar manusia. Melaksanakan salat berjemaah, bersedekah dan zakat dapat memperkuat kualitas ketaatan sosial.

Tradisi berbuka puasa yang sering dilakukan selama Ramadan seharusnya juga dirancang untuk menguatkan hubungan baik dengan sesama manusia. Peningkatan ibadah selama Ramadan sesuai dengan semangat transformatif yang menganjurkan adanya perubahan kualitas diri ke arah yang lebih tinggi dari pada sebelumnya. Peningkatan secara terus menerus harus menjadi agenda utama dalam rencana kehidupan kita.

Salah satu pesan penting dalam Ramadan adalah penyucian diri. Bila kita mampu mempertahankan kesucian diri maka tidak akan ada iri hati, dengki, fitnah, kesombongan, kejahatan dan perilaku buruk lainnya. Bila makna penyucian diri dan permintaan maaf dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari maka kita akan menjadi insan yang bersih secara batin.

Artinya, tidak ada lagi prasangka, dendam dan konflik yang menghalangi hubungan sesama manusia. Penyucian diri tidak hanya bermanfaat bagi dirinya tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat.  Namun, bila kita tidak memahaminya secara mendalam, pesan penyucian diri dan permohonan maaf hanya menjadi basa basi saja dan pesan tersebut tidak membuat manusia menjadi insan yang mulia.

Pesan kemenangan sering kita dengar pada akhir Ramadan. Mengapa setelah menjalankan puasa Ramadan manusia memperoleh kemenangan? Kemenangan yang diperoleh manusia setelah Ramadan adalah kemenangan atas pertarungan melawan hawa nafsu.

Selama Ramadan memang kita dilatih untuk mengendalikan diri dari hawa nafsu yang ada dalam diri manusia. Kemenangan setelah Ramadan diwujudkan dengan peningkatan kualitas diri manusia dalam kehidupannya.

Potensi hawa nafsu yang bersifat "kebinatangan" berhasil dikendalikan selama Ramadan berubah menjadi karakter kefitrian sehingga pada akhirnya manusia menjadi insan mulia. Kemenangan tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi kemenangan memberikan manfaat bagi kehidupan sosial.

Ramadan sengaja disediakan Allah SWT setiap tahun agar manusia terus melakukan perubahan atas kualitas dirinya. Amalan puasa Ramadan tidak sekadar bayar hutang atau menebus dosa. Puasa tidak bersifat transaksional tetapi ia bersifat transformasional, yakni membentuk insan mulia yang terus memperbaiki kualitas dirinya dan bermanfaat bagi kehidupan sosial.***

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook