Setelah lahir ke dunia sifat-sifat rohaniah itu berkembang. Sepanjang tahun dalam dirinya selalu terjadi persaingan antara baik dan buruk. Itu adalah realisasi dari pada sifat potensial yang dimiliki manusia tadi. Islam mengajarkan agar manusia mengembangkan potensi baik dan melawan dan mengalahkan potensi buruk yang ada dalam dirinya. Allah menyayangi orang yang berbuat baik dan membenci orang yang berbuat jahat.
Namun kadang-kadang karena dorongan kejahatan lebih kuat dari dorongan kebaikan manusia sering terjerumus kepada keburukan, kedurhakaan. Tidak sedikit manusia terjerumus karena tidak mampu menguasai diri. Allah sangat mengetahui kebutuhan rohani akan pembinaan. Untuk menghapus kejahatan yang sudah terlanjur dilakukan dan mengembalikan fungsi kebaikan dalam dirinya Allah menjadikan bulan Ramadan sebagai bengkel ronahi bagi manusia.
Ada beberapa faktor yang dapat dicerna dari fungsi Ramadan. Pertama untuk mencek-up sifat-sifat kerohaniahan yang ada dalam diri manusia sebagai hablun minallah. Misalnya mencek kualitas puasa, apakah puasa kita sudah mencapai kesempurnaan sesuai dengan ukuran yang diredai Allah, artinya apakah puasa kita sudah benar-benar dijalankan karena Allah atau hanya sebagai tradisi kebanyakan saja, alias bondong air bondong dedak.
Untuk mengetahui tingkatan kualitas ini adalah dengan mengingat sudah seberapa jauh kita berkomunikasi dengan Allah dalam berpuasa. Ketika berbuka puasa saja misalnya, kita baca doa, Allahumma laka shumtu, wa bika aamantu, wa ‘ala rizqika afthartu, ya karena Engkau kami berpuasa, dengan Engkau kami beriman dan atas pemberian rezki yang Engkau berikan kami berbuka. Perlu diketahui, ketika membaca doa itu, kemana pikiran kita? apakah kepada Allah, atau kepada pebukaan yang tersedia.
Itu hanya diketahui oleh yang berbuka. Jadi berbuka yang baik adalah mengingat Allah ketika membaca doa, bukan mengingat makanan pebukaan. Begitu juga dengan amaliah yang lain, seperti tarwih, shalat witir, tadarus al-Quran, diri dilatih untuk mengembalikan kepada Allah, dalam arti banyak mengingat Allah ketika menjalankan amalan-amalan itu. Ini akan memberikan motivasi untuk meningkatkan kualitas ibadah, bukan hanya di bulan Ramadan, tetapi juga di luar Ramadan.
Kedua, mengecek sekaligus meningkatkan amal hablun minannas, sejauh mana hubungan kita dengan sesama manusia, kalau selama ini kita banyak mengingat kesalahan orang lain dan lupa terhadap diri kita maka sekarang dibalik, kita perlu mengingat seberapa banyak kesalahan kita kepada orang lain dan melupakan kesalahan orang lain kepada diri kita. Ini akan membawa kedamaian yang luar biasa bagi diri sendiri dan masyarakat.
Kedatangan Ramadan menjadi motor untuk mengetahui setiap kekurangan amal lahir dan batin dari diri manusia. Setelah diketahui kelemahan, kekurangan dan kerusakan amal, kita juga berupaya untuk menyervisnya, memperbaiki yang dapat diperbaiki dan mengantinya dengan amal, sikap, sifat yang benar dengan peningkatan terus menerus.
Melalui Ramadan sebagai bengkel rohani kita sebagai mukmin dan muslim berharap agar kita semakin dapat mencapai kualitas yang menjadi tujuan dari puasa yang diisyaratkan dalam surat al-Baqarah yang sering dibaca tetapi belum tentu tercapai selama ini. Kalau memang belum tercapai mari kita berupaya mencapainya agar setelah keluar dari bengkel rohani ini kondisi kita kembali pulih seperti fitrah. Semoga.***