Peran Kaum Milenial
Populernya Pulau Cinta tak lepas dari kaum peran milenial yang narsis (suka berswafoto) dan kepo (ingin tahu atau selalu penasaran). Status atau postingan di media sosial mereka menggambarkan itu.
Salah satu yang sering diangkat adalah tentang adanya pantai di Pekanbaru atau di Kampar. Tentu saja ini mengundang keingintahuan. Benar atau tidak? Bukankah tidak ada laut di Pekanbaru dan Kampar? Tentunya mereka yang kepo akan datang untuk menjajalnya, termasuk mencari spot-spot yang instagramable.
Akun Instagram pesonakampar, misalnya, menulis, "Alhamdulillah di Kampar juga ada pantai nih. Namanya Pantai Cinta. Masih ada juga Pantai Raja dan Pantai Cermin."
Biasanya, setelah sampai di Pulau Cinta, kaum milenial akan berburu spot foto, baik alamnya atau spot yang dibuat khusus. Lalu setelah berfoto, mereka mengunggahnya ke media sosial disertai dengan caption macam-macam. Ada bentuk kegembiraan, keriangan, kebersamaan, kata-kata motivasi, hingga kegalauan.
Akun tanuganteng127, misalnya, menulis di Instagram menyertai fotonya berdiri sendirian sambil memandang sebuah sampan yang sedang sandar di tepian sungai. Caption galau pun muncul. "Kutunjukkan caraku berjuang. Namun apabila kamu masih ragu, akan kuajari kau rasanya kehilangan."
Status galau lainnya ditulis akun nurmadhira. Mengambil spot foto di atas jembatan menuju Pulau Cinta, seorang perempuan berjalan membelakangi kamera. Dia pun menulis dengan ungkapan bernada galau tingkat dewa. "Gapapa aku menunggu lama, biar kamu tau kalau setia itu beneran ada."
Ada lagi galau ringan yang sedikit jenaka, seperti yang ditulis akun nadyadenisa. "Jika tak bisa mengambil hatinya, ambil saja hikmahnya."
Kata-kata romantis pun muncul, misalnya dari akun dion_drw. Dia menulis, "Antara terdampar di labuhan pantai ini, atau terdampar di hatimu."
Ada juga yang hanya sekadar mengekspresikan rasa cintanya, kepada keluarga, anak, atau rekan-rekan sekomunitas dengan sebuah foto. Banyak juga yang sekadar mejeng bersama dengan komunitas motor, komunitas gowes, tanpa kata-kata berarti. Termasuk postingan para fotografer profesional yang mengambil spot unik dan menarik di Pulau Cinta.
Selain di Instagram, testimoni, video dan foto juga berseliweran di channel YouTube, Facebook, vlog, atau blog pribadi. Tak sedikit yang merekomendasikan Pulau Cinta ini.
Seorang pengunjung, Sya’aria, mengakui banyak keunggulan Pulau Cinta. Jaraknya dekat, destinasi wisatanya cukup lengkap. Murah meriah. Pengunjung hanya dipungut biaya parkir, Rp5 ribu untuk roda empat dan Rp2 ribu untuk roda dua. Biaya hanya keluar lagi jika ingin menikmati wahana yang disediakan.
Sebagai orang yang berasal dan tinggal di pantai yakni di Kepulauan Riau, menurutnya pantai di tepian sungai ini lebih nyaman daripada pantai di laut. Tidak berasa gatal saat berenang lama seperti pada air asin. Sensasi pantai tetap terasa dengan hamparan pasir dan gelombang ringan dari sampan atau kapal cepat yang sesekali menyibak air. Pantainya juga landai dan aman untuk anak-anak.
"Selain untuk kaum milenial, cocok juga untuk wisata keluarga," ujarnya.
Angkat Ekonomi Masyarakat
Sejak tahun 2016, Pulau Cinta memang menjadi satu destinasi yang fenomenal. Dari tahun ke tahun, kunjungan ke destinasi baru ini terus meningkat. Pada 2017, tercatat sebanyak 250 ribu pengunjung. Pada 2018, angkanya terus naik menjadi 345 ribu pengunjung. Tahun 2019 diperkirakan terjadi peningkatan yang lebih signifikan. Bahkan, Pulau Cinta sempat masuk salah satu nominasi Anugerah Pariwisata Indonesia (API) 2018.
Wisatawan yang datang tak hanya dari Riau, tapi juga luar Riau. Bahkan ada beberapa kali rombongan dari luar negeri, kebanyakan dari Negeri Jiran Malaysia. Tak jarang mereka datang dengan rombongan besar berjumlah 50-60 orang. Pernah juga ada turis dari Amerika, Cina, Korea, Eropa, Afganistan, dan Timur Tengah.
Hal ini tentu saja meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Masyarakat yang dulunya hanya bertani dan mencari ikan, kini beralih profesi menjadi penyedia wahana wisata. Mereka dikoordinir oleh Pokdarwis Telukjering. Tentu dengan beberapa kesepakatan dan edukasi khas pariwisata, yakni Sapta Pesona.
"Yang jelas ekonomi warga terangkat. Jauh lebih baik sekarang setelah ada Pulau Cinta," ujar warga sekitar, Hendro.
Hendro sendiri menjadi penyedia pondok tempat bersantai dan berteduh. Dia juga membuka kedai makanan ringan di sana. Terdapat 123 pondok di sepanjang Pulau Cinta. Tempatnya tersusun rapi. Kedai pun, yang berjumlah 61 unit, tampak tersusun rapi. Kebersihan juga terjaga.
Warga lainnya berinisiatif lebih jauh dengan membuka wahana permainan air seperti banana boat, rolling donut boat, pompong wisata, dan lainnya. Di Pulau Cinta ini terdapat delapan unit banana boat, enam unit rolling donut boat, satu mahkota raja, dua belas perahu hias, dan dua unit pompong. Terdapat juga permainan anak berupa ATV (all terrain vehicle) sebanyak 14 unit, dan minicross sebanyak 60 unit. Permainan balap atau cross itu berada di sisi lain deretan pondok. Ada juga yang membuka spot foto.
"Kami usahakan sendiri dengan biaya sendiri. Kalau donat (rolling donut boat, red) itu belinya di Jakarta. Ada yang Rp40 juta sampai Rp50 juta. Modal besar, untung besar juga. Bisa sejuta dalam sehari, kalau lagi ramai. Ya, lumayanlah," ujarnya.
Kunjungan wisatawan terbanyak tetap dari Pekanbaru. Tapi dari daerah lain di Riau juga banyak. Tak sedikit yang datang dengan pikap bak terbuka. Pada momen tertentu seperti hari raya Idulfitri atau sehari setelahnya, pengunjung bisa mencapai belasan ribu. Warga Telukjering pun panen.
"Alhamdulillah lebih banyak rezeki" ujarnya.***