Jaga Kearifan Lokal
Masyhurnya Pulau Cinta tak lepas pula dari terjaganya kearifan lokal masyarakat Telukjering. Mereka yang hanya terdiri dari 55 kepala keluarga (KK) ini begitu ketat menjaga adat istiadat setempat.
Mereka dipimpin oleh Ninik Mamak Palimo Jalelo, Datuk Bahar. Wakilnya Ujung Palimo Datuk Hanizar. Mereka terikat dalam persukuan Domo. Ninik mamak dan pemimpin persukuan sudah menetapkan sejak zaman nenek moyang dahulu bahwa kawasan luas yang mereka istilahkan dengan Pulau Alai itu merupakan tanah ulayat yang menjadi milik bersama dan tidak boleh diperjualbelikan. Anak keponakan hanya punya hak pakai untuk bersama. Termasuk kebun karet dan sawit yang sudah telanjur ada dipersilakan diambil hasilnya, tapi tidak boleh dijual atau dibuatkan suratnya.
"Istilahnya danau, suak (telaga, red), boncah (kubangan air, red), pantai nan tajorok (pantai yang terhampar, red), dikuasai ninik mamak untuk kemaslahatan bersama," ujar Mubarak.
Ketika hamparan pasir muncul, sebenarnya godaan itu pun ada. Masyarakat mulai diiming-imingi pengusaha. Masyarakat Telukjering yang rata-rata miskin karena sebagian besar hanya petani dan nelayan diminta untuk ikut dalam proyek penambangan pasir. Ninik mamak pun digoda dengan setumpuk rupiah. Jumlahnya mencapai Rp5 miliar. Warga tentu bisa kecipratan. Sebab, warga juga bisa mendapatkan pekerjaan tambahan. Dalam sehari, tiga kubik pasir bisa diangkut dari kawasan ini. Di hulu dan hilir Telukjering, penambangan pasir merupakan pemandangan biasa. Di hulu ada di Telukkenidai dan di hilir ada di Teratakbuluh.
"Tapi ninik mamak mempertahankan kawasan ini tetap seperti sedia kala. Nah, ternyata muncul keberkahan lain berupa kunjungan wisatawan yang luar biasa," ujar Mubarak.
Kearifan lokal lainnya yang terus terjaga adalah makan bersama. Tradisi ini dilakukan sepanjang bulan Sya’ban, menjelang masuk Ramadan. Tidak peduli miskin atau kaya, setiap rumah akan menyediakan makan siang dan malam secara bergantian. Sebanyak 55 rumah itu didatangi tiap hari oleh warga secara simultan. Di sana muncul interaksi dan mempererat kebersamaan. Di momen yang lebih besar ada tradisi makan bajambau, yakni makan bersama seluruh warga. Hidangan dijejerkan dengan alas daun pisang. Bisa hingga puluhan meter. Lalu semua warga makan bersama.
"Kalau ada pengunjung yang datang di waktu itu, semua kami ajak makan. Termasuk anak-anak mahasiswa yang sedang berkemah. Jadi mungkin keramahan ini yang turut mempopulerkan kampung kami. Dari kampung kecil, terpencil, dan terkucil, kini sudah menyapa dunia," ujar Mubarak sambil menyebut bahwa "Pulau Cinta Menyapa Dunia" kini telah menjadi tagline mereka.
Kearifan lokal lainnya yang masih dipertahankan adalah mangatuik, yakni menangkap ikan beramai-ramai. Di saat air tinggi, biasanya bulan Januari, aliran sungai ditutup dengan bolek. Lalu dibuatkan semacam perangkap untuk ikan. Hasil yang ditangkap beramai-ramai ini akan dibagi bersama secara adat. Ikan yang didapat bisa berton-ton.
Tradisi tahunan lainnya adalah wirid godang atau wirid besar. Tak hanya dari Telukjering, wirid godang diikuti juga warga dari kenegerian dan kecamatan lain. Warga yang datang mencapai hingga ratusan orang.
"Tradisi kami, baik mangatuik ikan maupun wirid godang ini biasanya selalu ramai dan boleh diikuti masyarakat luas," ujarnya.
Tyas Mirasih hingga Cinta Penelope
Setelah Pulau Cinta populer, maka kegiatan-kegiatan di tempat ini tak hanya dari adat dan tradisi setempat. Mulailah diadakan festival rakyat. Dari festival layang-layang hingga pasar digital dilaksanakan dan jadi kalender wisata. Pemerintah pun mulai memberikan perhatian serius. Sarana dan prasarana dibenahi. Jalan akses ke Telukjering diperbaiki. Tahun 2019 ini, Rp9,8 miliar dianggarkan untuk peningkatan jalan akses ke Telukjering. Warga dibina untuk jadi warga sadar wisata. Berbagai acara pun didukung Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, hingga Kementerian Pariwisata RI.
Salah satu kegiatan besar yang diadakan adalah Pasar Digital Telukjering pada 2 September 2018. Kegiatan ini menyedot perhatian warga. Sebanyak 11.136 pengunjung tercatat memadati Pulau Cinta hari itu. Agenda serupa pun sudah dijadwal pada 15 September 2019 mendatang.
Salah satu daya tarik pengunjung saat Pasar Digital Telukjering 2018 adalah kehadiran artis ibukota Tyas Mirasih. Tyas datang bersama suaminya, Raiden Soedjono. Tyas memang sengaja diundang untuk memeriahkan agenda wisata yang didukung Generasi Pesona Indonesia (GenPI) ini.
Tapi selain Tyas, banyak juga artis-artis lain yang datang, dan kebanyakan tidak diundang. Tentu di hari berbeda. Mereka datang dengan tujuan wisata pribadi. Artis-artis Kontes Dangdut Indonesia (KDI), misalnya, banyak yang sudah berwisata ke sini. Cinta Penelope diketahui sempat mengunjungi Pulau Cinta. Desainer dan pembawa acara Ivan Gunawan juga sempat tertarik dan datang ke Pulau Cinta. Ivan datang ke Pekanbaru untuk meresmikan kafe miliknya dan mendapatkan kabar ada destinasi wisata baru di Pulau Cinta, 45 menit perjalanan dari Pekanbaru. Merasa tertarik, dia bersama manajemen datang. Ternyata rencana kehadirannya sudah terpantau warganet, karena informasi dari salah satu manajemennya di media sosial begitu cepat beredar. Ribuan orang pun sudah datang dan menunggu.
"Melihat itu, dia tak jadi turun dari mobil. Manajemennya khawatir nanti banyak yang mencubit, mencakar, menjambak rambut, menarik, mendorong, dan lainnya. Memang luar biasa banyaknya massa ketika itu, dan kami sebagai panitia tak siap mengamankan," ujar Mubarak.