Transplantasi Ginjal, Suatu Proses Penuh Makna dalam Menjalani Kehidupan Baru

Pendidikan | Kamis, 10 Agustus 2023 - 10:52 WIB

Transplantasi Ginjal, Suatu Proses Penuh Makna dalam Menjalani Kehidupan Baru
Ns Aisya’ Rahmadhanty MKep Mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Jumlah kasus penyakit ginjal kronik di Indonesia terus mengalami lonjakan. Berdasarkan data Indonesian Renal Registry, (2018) prevalensi PGK di Indonesia tahun 2017 hingga 2018 mengalami peningkatan yang signifikan sebanyak 77.892 jiwa dan 132.142 jiwa, dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Penderita memerlukan terapi pengganti ginjal (TPG), di antaranya HD (hemodialisis), CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) dan transplantasi ginjal. HD dan CAPD menjadi TPG yang paling banyak digunakan di Indonesia, sedangkan transplantasi ginjal masih sedikit yang melakukannya. Dari segi biaya, HD dan CAPD merupakan TPG yang membutuhkan biaya yang paling besar karena mengeluarkan biaya setiap tahun, sedangkan transplantasi ginjal hanya untuk satu kali tindakan, yang ditanggung oleh rumah sakit dan BPJS Kesehatan.


Sejak 2017 tercatat 13 pusat transplantasi ginjal di Indonesia yang memenuhi kriteria diantaranya berada di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satu rumah sakit yang hingga saat ini masih aktif dan menyediakan pusat transplantasi ginjal di Sumatera yaitu RSUP Dr M Djamil Padang. Layanan pusat transplantasi ginjal ini telah memulai tindakan transplantasi ginjal sejak tahun 2015, dan hingga tahun Juni 2023 telah tercatat melakukan tindakan transplantasi ginjal kepada 19 penerima dan pendonor.

Transplantasi ginjal memiliki banyak manfaat diantaranya menghindari dialisis, mampu membuang zat-zat sisa tubuh tanpa memerlukan alat dialisis, meningkatkan status nutrisi, meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas, menjalani kehidupan yang normal, meminimalkan biaya perawatan serta memiliki harapan hidup dan kelangsungan hidup jangka panjang yang lebih baik daripada mereka yang menjalani dialisis. Selain itu, mereka juga dapat mengontrol emosi dan merasa lebih tenang. Mereka harus mematuhi regimen pengobatan, menjaga pola makan, minum air putih 2-3 liter/hari, dan menjaga kebersihan lingkungan. Setiap penerima merasakan kecemasan dan ketakutan kehilangan ginjal baru. Lantas apa yang harus penerima lakukan dalam menyiasati rasa takut tersebut? Mereka dapat melakukan strategi yaitu beristirahat, tidur, minum air putih, memeriksakan diri ke dokter, meningkatkan ibadah serta dibutuhkan peran keluarga dan sosial sebagai support system.

Penerima dapat melewati tantangan dan kesulitan-kesulitan tersebut karena semangat dan rasa terimakasih mereka kepada pendonor. Pasangan donor-penerima terkait secara biologi (donor orang tua, dan saudara kandung) dan terkait emosional (donor pasangan) menganggap bahwa setelah transplantasi ginjal ikatan mereka semakin kuat. Pendonor dan penerima ginjal di RSUP Dr M Djamil Padang ada yang berasal dari istri ke suami, ibu ke anak, ayah ke anak, dan abang kandung ke adik. Dalam penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa hubungan pendonor (ibu) dan penerima (anak), merasakan ikatan dan hubungan yang semakin erat, semakin berbakti kepada orang tua dan tidak berani durhaka kepada orang tua.

Transplantasi ginjal menjadi terapi pengganti ginjal yang memiliki banyak manfaat, meningkatkan harapan hidup dan kelangsungan hidup jangka panjang yang lebih baik. Syaratnya penerima harus mengikuti anjuran dari tenaga kesehatan dan mematuhi regimen pengobatan. Sehingga setiap proses yang penerima dan pendonor jalani menjadi sebuah proses yang bermakna dalam menjalani kehidupan baru.

Hasil diatas merupakan penelitian yang dilakukan Aisya’ Rahmadhanty mahasiswa Program Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Penelitian ini tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan dari dosen-dosen pembimbing dan penguji yaitu Dr dr Susmiati, M Biomed selaku ketua sidang, Dr dr Yevri Zulfiqar SpB Sp U (K) selaku pembimbing utama Ns Devia Putri Lenggogeni MKep SpKepMB selaku pembimbing pendamping, Dr Meri Neherta SKep, MBiomed, Dr Emil Huriani SKp MN dan Ns Fitri Mailani SKep selaku penguji.(nto/c)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook