PELALAWAN (RIAUPOS.CO) -- Intensitas curah hujan yang turun mengguyur Kabupaten Pelalawan sejak satu bulan terakhir, berdampak menyebabkan debit air Sungai Kampar dan Sungai Nilo mulai meningkat.
Saat ini debit air serta ketinggian air di PLTA Koto Panjang sudah mendekati ketinggian maksimal pada angka 80,43 meter d iatas permukaan laut (MDPL). Sedangkan berdasarkan data BMKG stasiun Pekanbaru, hujan dengan durasi cukup besar akan terjadi hingga Januari 2020 mendatang.
Atas kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan menatapkan status siaga darurat bencana banjir dan longsor.
"Ya, dengan mulai meningginya debit air sungai dampak curah hujan, maka sudah menetapkan status Kabupaten Pelalawan yakni siaga darurat bencana banjir dan longsor. Sedangkan status tersebut diberlakukan dari tanggal 4 hingga 31 Desember. Pemkab sudah mendirikan posko penanggulangan banjir dan longsor" terang Sekda Kabupaten Pelalawan Drs H Tengku Mukhlis didampingi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pelalawan Hadi Penandio usai menggelar rapat koordinasasi bencana banjir dan longsor, Rabu (4/12) di ruang rapat kantor Bupati Pelalawan.
Diungkapkan mantan Asisten Administrasi Bidang Pemerintahan ini, debit Sungai Nilo yang berhulu di Indragiri Hulu (Inhu) sempat meluap akhir pekan lalu, hingga meluber ke jalan di Desa Lubuk Kembang Bunga Kecamatan Ukui.
Namun air kembali surut dua hari setelahnya dan bertahan hingga sekarang. Dikhawatirkan debit air Sungai Nilo ini kembali meningkat dampak meningginya intensitas curah hujan, khususnya di bagian hulu. Selain Sungai Nilo, debit air Sungai Kampar juga telah mulai meninggi, sehingga dirisaukan terjadinya bencana banjir.
"Sebagai antisipasi, kita terus intens melakukan pemantauan perkembangan debit air Sungai Kampar dan juga Sungai Nilo melalui alat pengukur air atau level indikator yang ada di jembatan penyeberangan ponton di Kecamatan Langgam," jelanya.
"Diprediksi debit air kedua sungai ini akan kembali naik dampak intensitas hujan tinggi ditambah lagi kiriman dari Kamparkiri yang berhulu di Kota Padang. Untuk debit air di PLTA ketinggian sekitar 80,43 Mdpl. Kalau sudah sampai 83 mdpl, maka PLTA akan membuka pintu mengurangi elevasi air yang tentunya akan berdampak akan terkena banjir," ujarnya.
Ditambahkannya, berdasarkan pemantauan yang dilakukan BPBD Pelalawan, ada sebanyak 27 desa masuk dalam peta rawan banjir. Sedangkan puluhan desa tersebut tersebar di enam kecamatan yakni Kecamatan Langgam, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kecamatan Pelalawan, Kecamatan Bunut, Kecamatan Ukui dan Kecamatan Teluk meranti.
"Untuk itu, dengan meningginya intensitas curah hujan ini, maka kita akan terus intens melakukan pemantauan debit atau tinggi muka air sungai di semua desa rawan banjir yang berada di DAS," tutupnya.(amn)