PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Satuan Tugas (Satgas) PMK Pusat Bidang Pencegahan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI akan menurunkan 100 orang tim fasilitator untuk memberi penyuluhan kepada peternak terkait penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Riau. Hal tersebut dilakukan karena saat ini kasus PMK masih meluas di Riau.
Asisten II Setdaprov Riau, M Job Kurniawan mengatakan, sebelum tim tersebut diturunkan ke 12 kabupaten/kota se-Riau. Ke-100 fasilitator yang terdiri dari TNI/Polri dan tenaga kesehatan hewan tersebut diberikan bimbingan terlebih dahulu.
''Tim fasilitator penanganan PMK ini nanti akan turun ke lapangan memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait penanganan PMK,'' katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, saat ini di Provinsi Riau terdapat sembilan daerah dari 12 kabupaten kota yang dinyatakan zona merah kasus PMK. Kemudian dua daerah yakni Kota Pekanbaru dan Kabupaten Rokan Hilir zona kuning. Sedangkan satu zona hijau PMK adalah Kabupaten Kepulauan Meranti.
''Saat ini sudah sembilan daerah sudah zona merah terjangkit PMK. Sampai saat ini sudah 4.110 ekor hewan ternak terdampak, dan 3.297 ekor dinyatakan sembuh, 21 ekor mati dan 28 ekor
dipotong paksa. Dengan begitu masih ada 764 ekor yang masih sakit,'' paparnya.
Disebutkan M Job, jika ternak yang terpapar PMK masih bisa disembuhkan. Namun kondisi di lapangan, banyak masyarakat yang takut sehingga menjual hewan ternak dengan harga murah.
''Jadi nanti tugas fasilitator ini untuk memberi penyuluhan kepada peternak jangan panik karena hewan ternak yang terpapar PMK masih bisa sembuh. Karena kalau dijual murah peternak yang kasihan. Makanya kita berharap kehadiran fasilitator tersebut dapat membantu pemerintah menekan kasus PMK di Riau,'' ujarnya.
Sementara itu, Analisis Kebijakan BNPB, Iis Yulianti mengatakan, jika 100 orang fasilitator ini akan melakukan intervensi kepada 10 peternak setiap harinya selama 30 hari.
''Kami ingin para fasilitator mengedukasi masyarakat bahwa PMK ini bisa diobati dan tidak menular ke manusia. Jadi tidak perlu panik menjual hewan ternaknya dengan harga murah,'' katanya.
Menurutnya, ini sebagai upaya mencegah PMK lebih masif lagi, dan mempertahankan zona hijau, dan yang zona kuning bisa zona hijau, kemudian daerah zona merah menjadi kuning.(sol)