PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Gubernur Riau, Drs H Syamsuar MSi membuka secara langsung penilaian kinerja kabupaten/kota dalam pelaksanaan aksi konvergensi percepatan penurunan stunting, yang di pusatkan di Kota Pekanbaru, Kamis, (25/5).
Agenda tahunan ini digelar dengan tujuan untuk mengukur tingkat kinerja akuntabilitas dan mengapresiasi kinerja kabupaten/kota dalam pelaksanaan delapan aksi konvergensi penurunan stunting.
"Kinerja yang dilaksanakan hari ini menjadi sangat penting sebagai hasil kinerja dari pembinaan dan pengawasan pemerintah dan komitmen kepada daerah dalam pencegahan stunting," ujar gubri.
Disampaikan Gubernur Syamsuar, Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Provinsi Riau adalah 17 persen, lebih baik dibanding tahun 2021 sebesar 22,3 persen.
"Berdasarkan skema perhitungan target nasional, untuk mencapai angka 14 persen ditahun 2024, maka pencapaian Riau dengan skenario intervensi telah memenuhi untuk mencapai target tersebut," ujar gubri.
Kepala Perwakilan BKKBN Riau Mardalena Wati Yulia menilai stunting merupakan ancaman terhadap kualitas hidup, produktivitas, dan daya saing terhadap pembangunan sumber daya manusia.
"Sebagai dampak dari terganggunya pertumbuhan otak dan perkembangan metabolisme tubuh dalam jangka panjang. Oleh karena itulah, stunting menjadi isu prioritas yang harus ditindaklanjuti," terangnya.
Pihaknya berharap, target penurunan stunting di Riau, dapat mencapai target, dimana saat ini berada di 17 persen, menjadi 14 persen.
"Saya rasa, target yang sudah di tetapkan, yakni penurunan angka status penurunan stunting dari 17 persen, menjadi 14 persen hingga akhir tahun ini," tambahnya lagi.
Ada dua kabupaten yang saat ini angkat penurunan kasus stunting nya tergolong cukup baik, yakni Kabupaten Pelalawan, dan Kabupaten Bengkalis.(eca)