PEKANBARU(RIAUPOS.CO) -- Wali Kota (Wako) Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT sudah kembali dari kunjungan kerjanya di Jepang pekan lalu. Dia menyebut mendapat tawaran di bidang keahlian dan tertarik dengan pola pengolahan sampah di sana.
Wali Kota (Wako) Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT menjalani berbagai agenda dalam kunjungan kerjanya ke Jepang, sejak Senin (13/1) hingga Jumat (17/1). Diantaranya, orang nomor satu di Kota Pekanbaru ini mendatangi langsung pusat pengolahan sampah menjadi listrik di Perfektur Kanagawa. Secara umum, kedatangan Wako Pekanbaru ke Jepang ini dalam rangka menghadiri seminar dan penandatanganan kerjasama sister city (kota kembar). Dalam seminar di Kota Kawasaki, dia diundang oleh Nippon Koei Co, LTD. Seminar yang dihadiri menyangkut Eco Town dan smart facilities kawasan industri. Ini berkaitan dengan Kawasan Industri Tenayan yang dimiliki Kota Pekanbaru.
"Mereka memberikan tawaran ke kita di bidang keahlian. Kemarin itu kan pertemuan dunia, bukan hanya Asean saja. Sekali lagi kerjasama dalam penelitian dan keilmuan. mereka membiayai," kata Firdaus saat diwawancarai di kediaman dinasnya, Senin (20/1) kemarin.
Dalam rangkaian kunjungan, Wako bersama rombongan mendatangi Kota Kawasaki. Rombongan mendapat kesempatan mengunjungi pusat pengolahan sampah di satu kota peerfektur Kanagawa tersebut. Proses pengolahan ini adalah bentuk pemanfaatan sampah menjadi energi listrik. "Kemarin kita juga disamping seminar, kunjungan ke beberapa kota. terutama Kawasaki. ini daerah industri yang padat. kita dilihatkan pengolahan limbah domestik, limbah sampah menjadi listrik," jelas dia.
Disana yang menarik kata dia, ada dua pola pengelolaan sampah, yakni sampah domestik dan sampah industri. Keduanya dikelola secara terpisah, dimana untuk sampah industri ditangani swasta tanpa campur tangan dana pemerintah sementara sampah domestik mendapatkan subsidi dari pemerintah.
"Pendapatan energinya dari listrik ini juga tidak menutup, tetap juga ada tapping fee dari pemerintah daerah. Indonesia tahun 2019 dari pemerintah pusat sudah mengumumkan saat launching Gerakan Indonesia Bersih , bahwa untuk pengolahan limbah domestik sampah ada tapping fee," paparnya.
Lalu, kata dia lagi disana limbah makanan diolah terpisah. "Itu di sana dihancurkan, full oleh swasta. pertama perusahaan yang mengolah tadi mendapatkan biaya. Pertama biaya penghancuran dari pabrik makanan, kedua biogas yang dihasilkan dari sisa makanan tadi, jadi dari dua ini dia untung," urainya.
Dengan pola ini, orientasi pengolahan sampah di sana juga berbeda. "Intinya pengolahan limbah domestik dan industri itu terpisah. limbah makanan yang orientasinya untung dikelola oleh swasta, sementara limbah domestik pelayanan itu disubsidi oleh pemerintah. Satu hal bagaimana masyarakatnya peduli dengan lingkungan," tegasnya.***
Laporan: M ALI NURMAN