KOTA (RIAUPOS.CO) - Tingginya harga telur masih dikeluhkan konsumen. Sejak Nopember 2018, harga telur ayam ras ini mengalami kenaikan. Harga telur ayam di tingkat eceran bisa mencapai Rp1.600-Rp1.700 per butirnya. Itu telur ukuran kecil.
Telur ukuran besar dijual lebih tinggi lagi sampai Rp1.800 per butirnya. Tingginya harga telur itu dikeluhkan Helda.
Pengusaha kue kasta home industri tersebut, kesulitan mendapatkan harga telur yang sesuai dengan harapannya.
Biasanya ia membeli telur hanya Rp1.500 perbutir. Dengan mahalnya harga telur ia jadi kesulitan mengembangkan kue basah dagangannya.
Untuk menaikan harga kue yang ia titipkan ke kedai kedai iti tidak mungkin dilakukan. Sebab harga kue yang selama ini di bandrol tidak memungkinkan.
"Kalau naikkan harga tidak mungkin. Ya, pembeli kue bisa komplain. Namun kalau tidak, ya pendapatan jadi berkurang terus. Sulit untuk mengatur biaya produksi dengan harga kue yang saya ecerkan," ungkap Helda kepada Riau Pos, kemarin.
Lanjut Helda, pengusaha kecil macam dirinya sangat banyak. Naiknya harga telur, menurutnya, menjadi isu yang cukup penting di kalangan pengusaha kecil seperti dirinya.
Ia berharap naiknya harga telur tidak ditanggapi biasa saja. Sebab sudah berdampak terhadap ratusan pelaku usaha kecil seperti Helda.
Ia mengaku, bahwa pantauan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (DPP) Pekanbaru soal harga telur tidak benar. Sebab berdasarkan pantauan harga telur di pasar tradisional Rp1.300 per butirnya.
"Saya terus baca koran. Masak dinas perdagangan mantau harga telur Rp1.300 perbutir. Kenyataannya harga telur melambung masih mahal Rp1.600 per butir paling murah atau rata ratanya," kata Helda.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (DPP) Kota Pekanbaru Roni Suprana memantau harga telur ayam ras di pasar tradisional dari Rp1.500 turun jadi Rp1.300 perbutirnya.
“Itu harga telur yang terpantau di pengecer tingkat pasar tradisional. Harga telur salah satu komoditas yang jadi fokus perhatian DPP,“ jelasnya.(ilo)