Kasus Stunting di Pekanbaru Alami Penurunan

Pekanbaru | Kamis, 16 Desember 2021 - 10:17 WIB

Kasus Stunting di Pekanbaru Alami Penurunan
Kepala Disdalduk KB Kota Pekanbaru Muhammad Amin (tengah) menyerahkan bantuan penĀ­cegahan stunting di Kota Pekanbaru melalui AKecamatan Bukit Raya, belum lama ini. (DISDALDUK KB UNTUK RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Sebanyak 318 anak usia di bawah lima tahun atau balita di Kota Pekanbaru masih mengalami stunting. Namun, berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru angka stunting di Kota Pekanbaru mengalami penurunan yang signifikan dari tahun sebelumnya.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, dr Zaini Rizaldy Saragi, Rabu (15/12), saat ini angka stunting di Kota Pekanbaru turun drastis, di mana hanya ada 318 anak yang mengalami stunting dibandingkan tahun lalu yang mencapai 869 balita. "Tahun 2021, 318 balita stunting atau 7,9 persen dari total balita yang ada. Tahun 2020, 869 balita," ucapnya.


Sementara itu, Kepala Disdalduk KB Kota Pekanbaru, Muhammad Amin menuturkan, stunting merupakan  masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Di mana dalam mencegah peningkatan stunting di Kota Pekanbaru, pihaknya telah membentuk satuan tugas atau Satgas Peduli Stunting yang digerakkan oleh remaja.

Saat ini sudah terbentuk sebanyak 12 Satgas stunting di 12 Kampung Keluarga Berkualitas (KB) yang tersebar di 12 kecamatan. Terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Satgas Stunting guna menangani permasalahan tersebut, di antaranya memberikan pembinaan terhadap calon pengantin dan menyampaikan pesan kepada ibu hamil agar menjaga asupan gizi selama kehamilan. "Ibu hamil itu sangat perlu diberikan edukasi, karena mereka harus mengetahui risiko stunting yang dapat mengancam perkembangan tubuh anak dan pentingnya memberikan nutrisi selama masa kandungan," kata Amin.

Lanjutnya, setelah ibu hamil bersangkutan melahirkan, satgas stunting akan memberikan pendampingan hingga anak/bayi berusia dua tahun ke bawah atau Baduta. Jadi, sejak 0 tahun, itu sudah menjadi perhatian.

"Untuk itu, satgas stunting ini harus memiliki data tentang berapa ibu hamil, yang baru melahirkan, karena itu akan menjadi tolok ukur dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan," kata Amin.

Tak hanya itu saja, Disdalduk KB Kota Pekanbaru saat ini juga tengah menjalankan program Dapur Sehat Atasi Stunting atau Dashat untuk percepatan penurunan kasus stunting. Dalam program ini setiap bulannya tim Dashat akan menjemput bantuan yang diberikan oleh masyarakat untuk disalurkan kepada warga yang masuk dalam kategori stunting.

"Kami bersyukur kepedulian masyarakat Kota Pekanbaru sangat tinggi untuk membantu pencegahan dan penurunkan risiko anak terkena stunting akibat gizi yang buruk dengan selalu rutin memberikan bantuan melalui tim Dashat yang saat ini sudah terbentuk," tuturnya.(ayi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook