PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru memprediksi sejumlah wilayah di Provinsi Riau memasuki musim hujan pada Oktober mendatang. Dalam beberapa hari ke depan, juga ada potensi bencana alam terjadi di Riau, seperti angin puting beliung.
“Jadi bulan Oktober yang akan datang, seluruh Riau sudah memasuki musim hujan. Tapi dalam beberapa hari ke depan, ada peluang-peluang akan terjadinya angin puting beliung ataupun hujan es, terutama saat musim transisi dan awal musim penghujan,” ujar Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru Ramlan, Senin (11/9).
Namun, Ramlan tidak menyebutkan daerah mana di Provinsi Riau yang berpotensi mengalami bencana alam angin puting beliung dan hujan es tersebut. Ia meminta masyarakat untuk selalu waspada.
“Untuk wilayahnya tidak bisa kita ketahui secara pasti karena areanya dan waktunya sangat singkat. Namun ciri-ciri terjadinya angin puting beliung ataupun hujan es dapat diamati secara visual,” tuturnya.
Dijelaskan Ramlan lagi, angin puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km per jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit.
Orang awam menyebut angin puting beliung adalah angin leysus. Di daerah Sumatera disebut angin bohorok dan masih ada sebutan lainnya. Angin jenis lain dengan ukuran lebih besar yang ada di Amerika yaitu tornado mempunyai kecepatan sampai 320 km per jam dan berdiameter 500 meter.
Angin puting beliung sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pancaroba. Angin ini dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya karena dengan pusarannya, benda yang terlewati terangkat dan terlempar.
Angin puting beliung memiliki gejala awal berupa udara terasa panas dan gerah, di mana di langit tampak ada pertumbuhan awan cumulus (awan putih bergerombol yang berlapis-lapis). Di antara awan tersebut ada satu jenis awan mempunyai batas tepinya sangat jelas bewarna abu-abu menjulang tinggi yang secara visual seperti bunga kol. Awan tiba-tiba berubah warna dari berwarna putih menjadi berwarna hitam pekat (awan cumulonimbus).
Ranting pohon dan daun bergoyang cepat karena tertiup angin disertai angin kencang sudah menjelang. Durasi fase pembentukan awan hingga fase awan punah berlangsung paling lama sekitar 1 jam. Karena itulah, masyarakat agar tetap waspada selama periode ini.
Puting berliung merupakan dampak ikutan awan cumulonimbus (cb) yang biasa tumbuh selama periode musim hujan, tetapi tidak semua pertumbuhan awan awan cumulonimbus akan menimbulkan angin puting beliung.
Kehadirannya belum dapat diprediksi. Terjadi secara tiba-tiba (5-10 menit) pada area skala sangat lokal. Pusaran puting beliung mirip belalai gajah/selang vacuum cleaner. “Jika kejadiannya berlangsung lama, lintasannya membentuk jalur kerusakan. Lebih sering terjadi pada siang hari dan lebih banyak di daerah dataran rendah,” ucapnya.
Sementara itu, fenomena hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian hujan lebat atau es disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
“Indikasi terjadinya hujan lebat atau es disertai kilat atau petir dan angin kencang sama dengan angin puting beliung, durasinya sangat singkat. Jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak,” tuturnya.
Selain itu, Ramlan juga mengimbau kepada masyarakat agar waspada dan melakukan pengecekan terhadap bangunan seperti konstruksi atap-atap rumah yang mudah rapuh, biasanya rumah semipermanen ataupun atap rumah yang rapuh lebih mudah roboh apabila dilewati angin puting beliung.
“Rapikan pepohonan yang terlalu rindang dan rindang. Kemudian saat beraktivitas kenali kondisi-kondisi terhadap musibah alam tersebut dan selalu berhati-hati dan waspada dengan kondisi cuaca yang sering berubah-ubah,” tegasnya.
Karhutla Terkendali, Dua Helikopter Water Bombing Dialihkan
Hujan yang mengguyur beberapa wilayah Riau dalam beberapa pekan terakhir membuat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau terkendali. “Hujan yang mengguyur Provinsi Riau cukup merata sehingga karhutla di Riau sudah padam,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau M Edy Afrizal, Senin (11/9).
Dengan demikian maka helikopter water bombing yang sebelumnya stand by di Provinsi Riau sebanyak dua unit dialihkan ke provinsi lain yang saat ini masih terjadi karhutla. “Dua helikopter water bombing yang sebelumnya stanby di Riau dialihkan ke provinsi lain yakni ke Sumsel dan Jawa Tengah,” ujarnya.
Dijelaskan Edy, demikian maka saat ini tinggal tiga unit helikopter water bombing yang stand by di Riau. “Tapi dari tiga unit helikopter tersebut, satu helikopter masih dalam perbaikan sehingga hanya dua yang siap digunakan jika terjadi karhutla yang memerlukan pemadam dari udara,” sebutnya.
Namun demikian, jika nantinya intensitas karhutla di Riau mengalami peningkatan. Maka pihaknya akan kembali mengajukan agar helikopter tersebut kembali dikirim ke Riau. “Prediksi BMKG musim kemarau masih akan terjadi hingga akhir September ini. Karhutla di Riau, hingga Agustus sudah seluas 1.146 hektare lebih,” paparnya.(ayi/sol)