PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Pendataan yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru, ada sekitar 100 ribu keluarga terindikasi kekurangan gizi akut atau stunting. Dari angka itu, 48 persennya atau hampir separuh berpotensi melahirkan bayi dengan gejala stunting.
Demikian disampaikan Sekretaris Kota (Sekko) Pekanbaru Muhammad Jamil, Kamis (4/8). Dikatakannya, Pemko Pekanbaru segera melakukan upaya pencegahan risiko stunting tersebut kepada para keluarga ini dengan tindakan bersinergi yang nyata.
"Ada 100.000 keluarga yang berpotensi stunting dari hasil pantauan tim di lapangan, ini potensi, bukan sudah stunting. Tetapi, kita harus melakukan pencegahan agar jangan sampai terjadi ini, karena kita juga sesuai
program nasional, harus menurunkan angka stunting," kata Jamil.
Menurut dia, untuk Kota Pekanbaru sendiri target penurunan prevelensi stunting adalah sekitar enam persen. Jamil menyebut, pencegahan stunting perlu dilakukan sejak pranikah, bahkan mulai dari masa subur calon pengantin.
Sehingga, pemerintah perlu bersinergi untuk melakukan pencegahan ini. Pemerintah kota menggandeng semua pihak dalam pencegahan stunting.
"Maka kami harus memberikan edukasi, sosialisasi, dan mengajarkan perilaku hidup sehat. Stunting ini perlu dicegah sejak masa pranikah. Di sini sangat penting disampaikan bahwa usia pernikahan itu penting. Semakin banyak pernikahan di bawah umur semakin berpotensi meluasnya stunting," terangnya.
Jamil menambahkan, Pemko Pekanbaru saat ini tengah fokus dalam pembahasan terkait pencegahan anak stunting. Pencegahan stunting ini melibatkan semua OPD hingga lingkungan RT/RW di Kota Pekanbaru.
"Pencegahan stunting ini harus dilakukan bersama-sama. Seperti kemarin kita lakukan rapat Rembuk Stunting, karena memang penanganan dan pencegahan stunting ini harus saling bekerja sama antara OPD, seperti Dalduk KB, Diskes, dan lainnya," tutup Jamil.(ali)